TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga acuan mendorong kenaikan kurs dolar terhadap mayoritas kurs regional. Keputusan ini memungkinkan terjadinya perpindahan modal dari pasar negara berkembang ke negara maju dan membangun kecemasan akan ketersediaan likuiditas dolar. (Baca : Agus Marto: Rupiah Terus Menguat).
Pada perdagangan di pasar uang, Kamis, 20 Maret 2014, rupiah pun anjlok 130,8 poin (1,16 persen) ke level 11.446,30 per dolar. Hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka The Fed (FOMC) tersebut secara bulat juga kembali memutuskan pengurangan pembelian obligasi bulanan (tapering off) sebesar US$ 10 miliar. Komitmen tersebut semakin memunculkan ekspektasi negatif likuiditas moneter di pasar berkembang. (Baca : Kurs Rupiah, Efek Jokowi Disalip Suku Bunga AS).
Analis dari Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Ayu Ajeng, mengatakan keputusan The Fed menjadi katalis utama yang menekan pergerakan mata uang regional, termasuk rupiah. The Fed, yang menaikkan suku bunga tanpa memasukkan syarat tingkat pengangguran sebesar 6,5 persen, menyebabkan investor global cenderung mengurangi kepemilikan aset-aset berisiko. “Hal itu membuat investor global panik,” ujarnya.
Dilaporkan sebelumnya, The Fed akan menaikkan suku bunga acuan jangka pendek menjadi 1 persen pada akhir 2015. Tingkat pengangguran yang diperkirakan segera turun ke level 6,1–6,3 persen pada 2014 membuat The Fed merasa perlu sedikit mengetatkan moneter.
Pada akhir pekan, belum adanya sentimen positif menyebabkan rupiah berpeluang besar melanjutkan pelemahan. Juga, meningkatnya persepsi risiko kepemilikan portofolio investasi bernilai rupiah mendorong pelaku pasar memilih mengakumulasi aset-aset bernilai safe haven.
Hari ini, Jumat, 21 Maret 2014, rupiah diperkirakan melemah pada level 11.400–11.500 per dolar AS.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Ketua KPK: Hedonis, Nurhadi Dekat dengan Korupsi
Indonesia Tidak Akui Referendum Crimea
Subsidi Membengkak, Hatta: RFID Omong Doang!
Ini Spesifikasi Samsung Galaxy S5 di Indonesia
Bali, Obyek Wisata yang Paling Disukai Warga Rusia
Berita terkait
Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM
3 jam lalu
Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi
21 jam lalu
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.
Baca SelengkapnyaBI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
1 hari lalu
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen
Baca Selengkapnya6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global
1 hari lalu
Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?
Baca SelengkapnyaSurvei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat
4 hari lalu
Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.
Baca SelengkapnyaPerkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama
6 hari lalu
Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN
8 hari lalu
Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.
Baca SelengkapnyaRamai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara
8 hari lalu
Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai
Baca SelengkapnyaAliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI
9 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaBank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR
9 hari lalu
Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen
Baca Selengkapnya