Pesawat Mandala Airlines di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. TEMPO/Dimas Aryo
TEMPO.CO, Jakarta - Public Relations Manager Tigerair Mandala Lucas Suryanata mengatakan penutupan sementara sembilan rute Mandala sebagai respons atas kondisi ekonomi maskapainya dan strategi bisnis jangka panjang. Dia menyangkal penutupan tersebut sebagai indikasi buruk bagi perusahaanya. Saat ini Mandala fokus mempertahankan rute-rute potensial dan baru. "Semua rute yang masih dibuka potensial semua," kata Lucas ketika dihubungi, Sabtu, 8 Februari 2014.
Lucas mengatakan Jakarta-Bangkok, Denpasar-Hongkong, dan Jakarta-Singapura adalah rute yang ramai dipadati oleh konsumen Mandala. Menurut dia, rute Jakarta-Singapura sebenarnya termasuk rute yang padat, meski pihaknya mengurangi frekuensi penerbangan jalur tersebut dari lima menjadi empat kali penerbangan.
Dalam waktu dekat, Mandala berencana menambah frekuensi penerbangan dari Denpasar-Singapura dari dua menjadi tiga kali keberangkatan. Rute ini dapat diandalkan karena tergolong potensial dengan tingkat keterisian penumpang mencapai 88 persen. "Kami juga akan membuka rute baru, tapi saat ini fokus untuk penambahan frekuensi penerbangan. Ini bukti kalau kami bukan dalam kondisi buruk dengan menutup sembilan rute itu," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan biaya avtur adalah penyebab siginfikan maskapai itu menutup rute. Lucas mengungkapkan biaya bahan bakar menyerap 50-60 persen biaya operasional maskapai. "Seratus rupiah saja naik, bisa rugi jutaan rupiah. Lagi pula penerimaan kami dari rupiah dan pengeluarannya dalam bentuk dolar," katanya.
Dia mengatakan setiap maskapai mempunyai strategi masing-masing untuk mengelola perusahaannya. "Evaluasi rute ini biasa terjadi di airlines."