TEMPO.CO , Canberra - Kontroversi seputar Gita Wirjawan sebagai salah satu peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat ternyata tidak hanya datang dari dalam negeri. Dari luar negeri, yakni Australia juga muncul kontroversi seputar kiprah politik Gita yang secara resmi mengundurkan diri sebagai Menteri Perdagangan akhir Januari lalu.
Pakar Indonesia dari Australian National University, Profesor Greg Fealy mengatakan Gita tidaklah populer dan sulit menang dalam kancah persaingan kandidat presiden Indonesia. “Artinya kondisi itu kabar bagus bagi perdagangan Australia,” ujarnya seperti dilansir media Australia, ABC, dikutip 4 Februari 2014. (Baca juga : Gita Wirjawan: Beras Vietnam Dipolitisasi)
Fealy mengatakan jika Gita terpilih sebagai presiden maka akan berdampak negatif bagi Australia. Pernyataan itu mempertimbangkan beberapa rekam jejak kebijakan Gita selama menjabat sebagai Menteri Perdagangan RI. Terutama terkait kebijakan perdagangan dengan Australia. Di antaranya suspensi impor daging sapi yang menuai kontroversi dan membuat hubungan RI-Australia memanas tahun lalu.
“Kebijakan itu telah menjadi bahan perbincangan publik selama berminggu-minggu. Terutama soal bagaimana Australia apakah bisa diandalkan sebagai mitra dagang Indonesia,” ujarnya. (Lihat juga : Gita Wirjawan Pamitan?)
Menurut Fealy, jika Gita menyatakan keseriusannya untuk menjadi kandidat calon presiden, maka sektor perdagangan Australia akan sangat khawatir soal itu.
Fealy mengatakan sesorang yang berpeluang besar menjadi calon presiden Indonesia adalah Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) yang minim sekali pertentangannya dengan kebijakan Australia. “Dia seorang pengusaha, dia bisa menghargai keuntungan yang dihasilkan dari bisnis. Dia seorang pragmatis juga nasionalis, dan dinominasikan oleh sebuah partai nasionalis,” ujarnya. (Berita terkait : Gita Mundur Berdampak Negatif Bagi Ekonomi?)
Menurut Fealy, Jokowi memiliki masalah lebih sedikit dibandingkan Gita. Sebab Gita, dikenal sebagai orang yang sangat vokal menanggapi isu-isu terkait dengan Australia dan Amerika Serikat. “Jokowi tidak akan menjadi orang yang anti perdagangan, jika produk-produk Australia mendapatkan pasar bagus di Indonesia dan dijual dengan harga bagus pula, dia akan senang melihat sektor perdagangan juga maju,” ungkapnya.
Pakar Indonesia dari Monash University, Profesor Greg Barton juga sepakat Jokowi adalah paling unggul sebagai calon presiden Indonesia. “Dia seorang yang kompeten dan pemimpin yang cukup inspiratif. Jika dia dapat restu dari Megawati Soekarnoputri, dia akan mampu memenangkan Pemilu presiden,” ujarnya. (Berita lain : Mundur, Gita Wirjawan Tinggalkan Banyak PR)
Menurut dia, Australia mulai khawatir bahwa beberapa tokoh politik Indonesia membawa isu nasionalisme dan proteksionisme untuk membuat perdagangan dengan mitranya menjadi tidak sehat, demi kepentingan politik yang ingin dicapai. “Jokowi tidak tampak seperti terikat dengan isu nasionalisme,” ujar Barton.
Dia menambahkan Jokowi tampak sebagai figur yang memiliki integritas dan visi. Barton menilai Jokowi tidak khawatir dalam menjalankan kekuasaannya.
ABC | ABDUL MALIK
Terpopuler :
Ini Sejarah Jatuh Bangun Bisnis Penerbangan
Merpati Stop Terbang, Penumpang Batal Travelling
Merpati: Refund Tiket Dibayarkan dalam 30 Hari
Dahlan: Merpati Tidak Tutup Selamanya
Jelang Pemilu, Percetakan Kebanjiran Pesanan
Berita terkait
Pengamat Usul Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Kembali Digabung di Pemerintahan Prabowo
21 jam lalu
Wacana penambahan kementerian di pemerintahan Prabowo berpotensi membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)
Baca SelengkapnyaTop 3 Dunia: Perdagangan Indonesia-Israel hingga Dubes Israel Robek Piagam PBB
2 hari lalu
Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 11 Mei 2024 diawali oleh tanggapan Dubes Palestina Zuhair Al-Shun soal perdagangan antara Indonesia-Israel
Baca SelengkapnyaDubes Palestina Komentari Perdagangan Indonesia-Israel lewat Individu
3 hari lalu
Dubes Palestina untuk Indonesia mengatakan hubungan perdagangan Indonesia dengan Israel tidak memengaruhi relasinya dengan Palestina.
Baca SelengkapnyaKementerian Perdagangan Sebut Waralaba Makanan dan Minuman Terbesar, Capai 47 Persen
3 hari lalu
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim menyebut bisnis waralaba di sektor makanan dan minuman menjadi yang terbesar
Baca SelengkapnyaLPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat
6 hari lalu
BPS menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,11 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada triwulan I 2024.
Baca SelengkapnyaJokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih
7 hari lalu
Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.
Baca SelengkapnyaHarga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 8.000, Rp 1.318.000 per Gram
7 hari lalu
Harga emas Antam hari ini naik sebesar Rp 8 ribu ke level Rp 1.318.000 per gram.
Baca SelengkapnyaRI Minta Dukungan Belanda soal Perjanjian Bilateral Dagang dengan Uni Eropa
7 hari lalu
Pemerintah Indonesia dan Belanda sepakat membahas kelanjutan rencana perjanjian bilateral dagang RI-Uni Eropa (IEU-CEPA).
Baca SelengkapnyaRupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS
7 hari lalu
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaRI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan
9 hari lalu
Pemerintah Indonesia bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris Greg Hands MP untuk membahas sejumlah kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan.
Baca Selengkapnya