TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan Indonesia tidak perlu khawatir menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) yang akan berlaku mulai 2015. Alasannya, neraca perdagangan produk perikanan Indonesia ke negara-negara ASEAN surplus 22,71 persen sejak lima tahun terakhir.
"Indonesia mengalami surplus perdagangan produk perikanan. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi persaingan di antara negara-negara ASEAN dalam AEC 2015," kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut Parulian Hutagalung, dalam Workshop dan Focus Group Discussion Kesiapan Sektor Kelautan dan Perikanan dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 di Swiss-Belhotel, Jakarta, pada Senin, 25 November 2013.
Saut menuturkan, untuk menghadapi pasar bebas ASEAN, standar pada sektor perikanan mulai dari bahan baku, proses, dan produk akhir harus diperhatikan. Bersaing dalam pasar bebas tentu akan bersaing dalam mutu. Standar yang ada saat ini belum cukup dan banyak yang sudah kedaluwarsa. Bukan hanya standar nasional Indonesia (SNI) yang perlu diperhatikan, tapi juga standar untuk ASEAN.
Hal lainnya yang perlu diperhatikan yaitu infrastruktur. Dari biaya perkapalan, listrik, dan pelabuhan masih terdapat kendala. Untuk biaya logistik, misalnya, karena Indonesia negara kepulauan, maka biaya transportasi yang diperlukan sangat mahal. Dalam hal infrastruktur, negara ASEAN yang lain juga tengah mempersiapkannya. Direktur PT Bogatama Marine Nusa, Tigor Chendarma, mengatakan dalam kesempatan yang sama, "Thailand sudah membangun jaringan transportasi darat yang menghubungkan negaranya dengan negara lain di sekitarnya."
Kemudian, penguatan pasar domestik dinilai paling utama karena 70 persen produksi perikanan ditujukan untuk dalam negeri. Hal ini agar Indonesia tidak menjadi pasar produk ikan negara lain.
Selain itu, kualitas sumber daya manusia juga perlu dicermati. Tigor mengatakan, tidak semua pelaku usaha perikanan memahami dengan baik tentang AEC 2015 ini. "Pemerintah harus memberi penyuluhan kepada pelaku usaha mengenai AEC," kata pengusaha yang sudah menjamah pasar global itu.
Tigor mengatakan, dalam dunia usaha, pada sektor hulu, tengah mempersiapkan penguatan teknologi untuk perikanan budi daya dan perikanan tangkap. Kemudian dilakukan pula peningkatan efisiensi dengan memperbaiki mesin produksi dan biaya transportasi. Sedangkan pada sektor hilir, kata dia, harus dilakukan pembaruan teknologi, evaluasi mesin produksi, diversifikasi produk, penguatan sumber daya manusia, serta penguatan pasar dalam negeri dan ASEAN.
Sejauh ini, negara-negara ASEAN yang paling banyak menyerap produk perikanan Indonesia yaitu Thailand sebanyak 37,8 persen, Vietnam sebesar 24,9 persen, dan Singapura sebesar 17,1 persen.
APRILIANI GITA FITRIA
Baca juga:
TKI Dapat Warisan Rp 9,5 Miliar dari Majikannya
Singapura Turut Bantu Australia Sadap Indonesia
Aburizal Bakrie Menjawab Soal Operasi Dagu
Begini Peran Singapura dalam Penyadapan Australia
Aburizal Bakrie Jadi Cawapres Jokowi?
Dimonopoli, Bandara di Indonesia Jadi Salah Urus