The Fed: Ongkos Ketidakpastian Ekonomi Sangat Besar

Kamis, 17 Oktober 2013 11:20 WIB

Ben S. Bernanke. AP/Alex Brandon

TEMPO.CO, Washington - Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) dalam ringkasan laporan ekonominya berjudul Beige Book menyebutkan bakal ada ongkos yang sangat besar akibat ketidakpastian kebijakan ekonomi di negara Abang Sam.

Laporan yang menggambarkan kondisi ekonomi di 12 distrik tersebut berkali-kali menyebutkan ada hambatan yang akan muncul karena ketidakpastian kebijakan anggaran pemerintah. Selain itu, ketidakpastian kesepakatan peningkatan pagu utang negara juga menambah buruk situasi perekonomian.

Dalam laporan yang dirilis pada Rabu tersebut, digambarkan perekonomian secara keseluruhan sepanjang September hingga awal Oktober. Meski sama dengan laporan pada periode sebelumnya, pada Beige Book kali ini, tim cenderung berfokus pada ketidakpastian tentang situasi politik dan ekonomi. Termasuk di antaranya suku bunga dan anggaran kesehatan negara terhadap situasi perekonomian masyarakat.

Los Angeles Times mengabarkan, akibat ketidakpastian itu, produsen di distrik Cleveland tak akan membangun kapasitas tambahan produksi meski mereka membutuhkan. Industri pertahanan di San Fransisco memperkirakan penurunan pesanan baru dan pendapatan. Selain itu, juga adanya peningkatan volatilitas pasar di Chicago dan penurunan aktivitas bisnis komersial Real Estate di Boston.

Bagi para pekerja, hal ini diterjemahkan menjadi semakin minimnya lapangan pekerjaan sepanjang dua bulan terakhir, dan memang begitu adanya. Dari hasil wawancara dengan para pebisnis, ekonom, dan ahli pasar, disebutkan bahwa akibat ketidakpastian kebijakan tersebut, para pemilik usaha memilih berhati-hati dalam meningkatkan gaji karyawan.

Kendati demikian, di sisi lain dari laporan Beige Book menyebutkan ketidakpastian atas krisis utang Eropa telah mereda sehingga ada optimisme atas prospek keseluruhan ekonomi. Selain itu, ada sejumlah pihak yang yakin bahwa kebuntuan di Washington bakal segera berakhir, setelah pencapaian kesepakatan Senat Amerika Serikat pada Rabu untuk membuka kembali pemerintahan dan menaikkan plafon utang.

Namun, para analis masih khawatir anggota parlemen hanya menempatkan 'plester' sementara untuk masalah ini. "Setelah euforia awal memudar, kami menduga investor akan mulai fokus pada sifat jangka pendek dari kesepakatan, artinya akan ada penutupan lain di awal tahun baru," kata analis di Capital Economics, Paul Ashworth.

AYU PRIMA SANDI

Terhangat:
Dinasti Banten | Setahun Jokowi-Ahok | Pembunuhan Holly Angela


Berita terkait:

INFOGRAFIS: Riwayat Cek Pelawat
Ribetnya Pindahan Tiga Sosialita KPK

Miranda di Tahanan, Disertasi dan Cat Rambut

Kesaksian Berantai Penjerat Miranda

Berita terkait

Indonesia Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global

11 Mei 2023

Indonesia Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global

Anton menyarankan untuk memperkuat kekuatan domestik perekonomian Indonesia di antaranya dengan mengoptimalkan konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak utama perekonomian.

Baca Selengkapnya

Jurus Jokowi Antisipasi Ancaman Resesi Global

5 September 2019

Jurus Jokowi Antisipasi Ancaman Resesi Global

Pemerintah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang dikhawatirkan memicu potensi resesi semakin besar.

Baca Selengkapnya

Trump Mau Potong Pajak Penghasilan Cegah Resesi Amerika Serikat

21 Agustus 2019

Trump Mau Potong Pajak Penghasilan Cegah Resesi Amerika Serikat

Presiden Donald Trump mengatakan mulai mempertimbangkan untuk memotong pajak penghasilan untuk menghindari resesi Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Didemo, Obama Sedang Apa?  

23 Januari 2017

Donald Trump Didemo, Obama Sedang Apa?  

Jajak pendapat terbaru menunjukkan hanya 40 persen orang Amerika yang menyetujui Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Stimulus AS Dipangkas, Ekonomi Global Sehat  

30 Januari 2014

Stimulus AS Dipangkas, Ekonomi Global Sehat  

"Tanpa stimulus moneter, pertumbuhan ekonomi global tentu lebih berarti."

Baca Selengkapnya

The Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar  

30 Januari 2014

The Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar  

Dana stimulus US$ 65 miliar per bulan mulai berlaku pada Februari 2014.

Baca Selengkapnya

Fed Kurangi Stimulus, IHSG Menghijau  

19 Desember 2013

Fed Kurangi Stimulus, IHSG Menghijau  

Setelah kepastian pencabutan stimulus moneter AS, IHSG di Bursa Efek Indonesia segera menghijau pada Kamis, 19 Desember 2013.

Baca Selengkapnya

Hatta: Tapering Off Pasti Lemahkan Rupiah

19 Desember 2013

Hatta: Tapering Off Pasti Lemahkan Rupiah

"Memang kalau tapering off itu biasanya dolar menguat, akibatnya mata uang-mata uang regional melemah, termasuk rupiah."

Baca Selengkapnya

Jelang Pengumuman The Fed, Wall Street Loyo  

18 Desember 2013

Jelang Pengumuman The Fed, Wall Street Loyo  

"Investor pada dasarnya duduk di tangan-tangan mereka."

Baca Selengkapnya

Shutdown AS Berakhir, Bank Indonesia Senang  

18 Oktober 2013

Shutdown AS Berakhir, Bank Indonesia Senang  

Jika dibiarkan berlarut diyakini dapat memberikan dampak kepada ekonomi dunia.

Baca Selengkapnya