Sejumlah pejabat tinggi dan delegasi negara APEC berbincang secara informal di sela APEC Concluding Senior Official Meeting (CSOM) di Nusa Dua, Bali, Selasa (1/10). ANTARA/Nyoman Budhiana
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengatakan ratusan mobil hijau bertenaga listrik dan bahan bakar biofuel alias green car telah disiapkan untuk Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Nusa Dua, Bali. “Ada ratusan mobil biofuel, ditambah 16 mobil listrik,” kata dia melalui pesan pendek, Jumat, 4 Oktober 2013.
Dahlan mengaku menyiapkan tiga jenis mobil listrik untuk KTT APEC, yakni mobil sport Selo dan dua minibus. Dia mengklaim semua mobil ini sudah lulus tes sertifikasi Kementerian Perhubungan dan siap digunakan. Seluruh mobil ramah lingkungan ini akan digunakan untuk mengangkut para delegasi dari berbagai negara menghadiri agenda-agenda pertemuan. “Pengaturannya terserah panitia.” Yang jelas, kata Dahlan, 16 mobil listrik itu didatangkan atas inisiatifnya.
Pemerintah bersama Dewan Penasihat Bisnis Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC Bussiness Advisory Council/ABAC) hari ini, Jumat, 4 Oktober 2013, meluncurkan mobil ramah lingkungan untuk transportasi resmi KTT APEC. Mobil itu akan mengelilingi gedung pertemuan utama, yakni Bali International Convention, Sofitel, dan Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).
Selain transportasi, semangat go green diterapkan dalam bangunan peserta lokasi KTT. Hanna mengatakan area Bali Tourism Development Corporation (BTDC) di Nusa Dua akan dideklarasikan sebagai area hijau. Kawasan tersebut terdiri dari 12 hotel yang digunakan sebagai akomodasi resmi para delegasi. Hotel-hotel tersebut adalah Mariott Courtyard, St Regis, Mulia, Nikko, Amanusa, Rimba Hotel, Ibis Style, Conrad, Royal Santrian, Mercure, Laguna, dan Melia Bali.
Namun, berdasarkan pantauan Tempo di Nusa Dua, mobil listrik yang disiapkan Dahlan belum tampak di arena APEC. Hingga saat ini belum ada penjelasan mengenai absennya mobil listrik tersebut.
PNM aktif dalam mengatasi persoalan serius yang dihadapi seperti permasalahan akses pembiayaan, akses pemasaran, entrepreneurship, hingga penciptaan ekosistem digital di sektor usaha ultra mikro.