TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyatakan bahwa utang swasta Indonesia telah mencapai lampu kuning. Pasalnya, kata Darmin, rasio pembayaran bunga dan cicilan dari ekspor (debt service ratio) sudah mencapai lebih dari 20 persen. "Sudah masuk lampu kuning," kata Darmin di kantor Tempo Selasa 3 September 2013.
Saat ini, kata dia, rasio dari pembayaran bunga dan cicilan mencapai angka 42 persen. Dengan catatan, menurut Darmin, sekitar 80 persen swasta mengaku memiliki sumber dari induknya atau dari kemampuan sendiri.
Menurut Darmin, selama tiga tahun terakhir, pertumbuhan utang swasta terbilang cepat. "Karena investasi asing yang masuk berkurang," kata dia. Dia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya ditopang oleh konsumsi domestik sejak 2010.
Tahun 2011, investasi mulai masuk. Meskipun ada investasi yang masuk, kata Darmin, pasar yang disasar pun tetap ke domestik. "Ekspor tetap kalah," kata dia. Hal ini, kata Darmin, karena pelaku mengetahui bahwa pasar dunia sedang lesu. Saat ini, Bank Indonesia mencatat utang swasta telah mencapai sekitar US$ 130 miliar. Sebanyak 20 persen diantaranya disinyalir belum memiliki backup lindung nilai atau hedging.
BI: Utang Luar Negeri RI Agustus Turun Menjadi USD 395,1 Miliar
16 Oktober 2023
BI: Utang Luar Negeri RI Agustus Turun Menjadi USD 395,1 Miliar
Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2023 turun dibandingkan dengan Juli 2023. Posisi ULN Indonesia pada akhir Agustus 2023 tercatat sebesar 395,1 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan akhir Juli 2023 yang mencapai 397,1 miliar dolar AS.