TEMPO.CO, Jakarta- Bank Indonesia mengumumkan sebanyak 15 persen dari utang swasta belum terlindung dari risiko kurs. "Kami himbau dapat dilakukan (hedging) hati-hati," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo usai rapat koordinasi dengan menteri di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis, 25 Juli 2013.
BI mengingatkan kepada pelaku bisnis untuk memperhatikan pengelolaan risiko dari nilai tukar dan jangan justru mencari untung dari pelemahan nilai tukar rupiah. "Kami ingatkan para pelaku bisnis agar fokus pada kegiatan utamannya, tidak perlu cari keuntungan nilai tukar," ucapnya.
Risiko nilai tukar, menurut Agus, perlu diantisipasi di tengah kondisi ekonomi global masih belum pasti. Apalagi perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor Indonesia yakni Cina masih terpantau.
"Dilihat risiko saat ini turunnya pertumbuhan ekonomi Cina dari 8 persen jadi 7,5 persen. Jauh dari perkiraan 8,2 persen," katanya. Jika kondisi ini berlanjut, maka bisa berdampak buruk bagi kinerja ekspor Indonesia.
Baik ekonom, BI maupun pemerintah berharap kinerja ekspor membaik tahun ini minimal terjadi mulai semester kedua tahun ini. Jika hal ini terjadi, defisit pada transaksi berjalan (ekspor dan impor) diharapkan bisa membaik.
Pemerintah sendiri sudah melakukan langkah antisipasi untuk memperlambat impor minyak dengan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Tapi soal ekspor masih sangat tergantung pada kondisi global.
Soal kebutuhan dolar untuk pembayaran utang swasta, Agus menyatakan jumlahnya terkendali. Demikian juga soal kebutuhan dolar untuk pembayaran deviden dan repatriasi keuntungan. "Ini cukup besar, tapi secara umum akan bisa di-supply oleh pasar. Kalau diperlukan, BI akan hadir (memasok) secara terukur," katanya.
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
5 hari lalu
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen