Ekonom Mandiri: Puncak Inflasi Pada Juli-Agustus
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 1 Juli 2013 13:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta- Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Destry Damayanti menyatakan puncak inflasi akan terjadi pada bulan Juli - Agustus yaitu antara 1,5-2 persen (month to month). Pada bulan tersebut selain dampak kelanjutan dari kenaikan harga bahan bakar minyak, bertepatan dengan tahun ajaran baru sekolahan, musim liburan, serta bulan puasa dan lebaran.
"Di luar puasa dan lebaran, memang dari tahun ke tahun Juli itu kecenderungannya tinggi, dengan probabilitas tidak di bawah 1,5 persen dan tidak di atas 2 persen," ucapnya saat dihubungi Tempo, Senin 1 Juli 2013.
Untuk lebih memastikannya, Destry menuturkan harus menunggu 1-2 minggu lagi. "Kita lihat minggu pertama dan minggu kedua, karena melihat harga emas juga, mengalami kenaikan atau malah turun."
Angka inflasi pada posisi tersebut, menurut Destry, juga bergantung dari peran pemerintah dalam menjaga pasokan pangan. "Kalau pemerintah bisa mengontrol suplai makanan, akan mengurangi 0,4 percentage points (ppt)," kata dia. Tanpa ada kenaikan BBM ataupun menjelang bulan puasa dan lebaran, inflasi tetap tinggi sekitar 0,7 persen karena tahun ajaran baru sekolah.
Badan Pusat Statistik sebelumnya melaporkan inflasi pada Juni 2013 berada di angka 1,03 persen dengan andil inflasi terbesar disumbang oleh bahan makanan, makanan jadi, transportasi, dan komunikasi sebagai akibat dari kenaikan BBM. Hal ini, menurut Destry, tidak jauh dari perkiraannya sebelumnya, yaitu diposisi 1-1,1 persen.
"Itu dengan perkiraan sumbangan dari kenaikan harga BBM 0,5-0,6 ppt," ujarnya. Dampak akibat kenaikkan harga BBM saat ini belum terlalu dirasakan karena pada kenaikkan BBM 2008, inflasi mencapai 2,46 persen. Hal tersebut disebabkan kenaikkan harga BBM tahun ini dilakukan pada pekan ke tiga bulan Juni.
Hingga akhir tahun Destry memproyeksikan inflasi akan menembus angka 8 persen. "Kita masih 8,2 persen," ujarnya.
Dengan begitu, dia memproyeksikan BI rate akan dinaikkan 1 kali lagi sebesar 25 bps sehingga pada akhir tahun nilai suku bunga acuan menjadi 6,25 persen. Sedangkan untuk fasilitas simpanan Bank Indonesia (FasBI) bisa naik lagi antara 25-50 bps.
LINDA TRIANITA