TEMPO.CO, Jakarta- Ekonom dari Standard Chartered Bank, Erick Sugandi memproyeksikan inflasi pada bulan juni ini sebesar 1,2 persen secara month to month dan 6,1 persen year on year. "Ini karena ekspektasi inflasi yang sebelum BBM naik, harga barang-barang sudah naik duluan," ucapnya saat dihubungi Tempo, Senin, 1 Juli 2013.
Ia menuturkan untuk puncak inflasi bulanan akan terjadi pada bulan Juli ini sebesar 2,4 persen. Adapun untuk inflasi tahunan, puncaknya pada bulan September sekitar 8,2 persen.
Namun hingga akhir tahun dia memproyeksikan inflasi sebesar 8 persen. "Pendorong utamanya karena kenaikan BBM. Pelemahan rupiah ada, tapi impact-nya kecil," kata Erick.
Dengan proyeksi inflasi 8 persen, tentu hal ini akan berdampak pada nilai suku bunga acuan untuk menekan laju inflasi. Erick memproyeksikan hingga akhir tahun BI akan menaikkan BI rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 6,5 persen.
Untuk FasBI juga diprediksi hingga akhir tahun naik sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen. "Dengan menaikkan BI rate maupun FasBI hingga 50 bps, inflasi secara keseluruhan tekanannnya bisa dikurangi," kata dia.
Kenaikan BI rate ini kemungkinan akan dilakukan secara bertahap, yaitu Juli sekitar 25 bps dan Agustus 25 bps. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi diperkirakan bisa mencapai 6,2 persen.
Namun, Erick menegaskan BI rate maksimal hanya bisa dinaikkan sebesar 50 bps hingga akhir tahun. Jika lebih dari itu, hal ini akan sia-sia mengingat pengaruh utama dari inflasi terjadi dari sisi supply. "BI rate berpengaruh dari sisi demand," ujarnya.
Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023
1 Agustus 2023
Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023
Perekonomian triwulan II 2023, kata Sri Mulyani diprakirakan masih tumbuh kuat, ditopang peningkatan konsumsi rumah tangga dan tren ekspansif aktivitas manufaktur.