TEMPO Interaktif, Jakarta: PT Pertamina (Persero) kemungkinan akan menutup anak perusahaannya, PT Pertamina Saving Invesment (PSI), yang baru saja kebobolan dana lebih dari Rp 200 miliar. Karena bidang usaha PSI di sektor perbankan, dinilai tidak sesuai dengan bisnis kompetensi (core bisnis) Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas. Menurut Komisaris Utama Pertamina, Laksamana Sukardi, mengelola bisnis perbankan bukanlah hal yang mudah. Apalagi, Pertamina sebagai perusahaan migas tidak memiliki pengalaman bisnis di bidang tersebut. Sehingga kejadian pembobolan dana investasi seperti itu lumrah karena memang moral hazard-nya tinggi sekali. "Jadi kita akan tinjau lagi, apakah PSI harus diteruskan. Karena kalau memang kerugian begitu besar, modalnya pun bisa habis," ujarnya usai rapat dengar pendapat dengan komisi Energi dan Sumber Daya Mineral DPR, di Jakarta, Rabu (8/9). Laksamana mengaku sangat menyayangkan kejadian tersebut. Karena itu, ia menyarankan Pertamina agar segera melakukan restrukturisasi terhadap anak-anak perusahaannya. Pertamina, lanjutnya, harus kembali pada bisnis kompetensinya sebagai perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas, sesuai dengan UU 20/2001 tentang Minyak dan Gas. Karena itu bisnis di bidang lain lebih baik dilepas daripada membebani perseroan dan berisiko menciptakan usaha yang sulit dikontrol. Direktur Utama Pertamina, Widya Purnama, sepakat dengan saran yang diusulkan Laksamana. Karena memiliki anak perusahaan yang mendatangkan kerugian bagi perseroan justru menjadi beban tersendiri. "Jangan kita yang mengelola. Kita nggak bisa mengelola itu," kata dia. Retno Sulistyowati - Tempo News Room
PT Pertamina Hadirkan UMKM Unggulan di Inacraft 2024
27 Februari 2024
PT Pertamina Hadirkan UMKM Unggulan di Inacraft 2024
PT Pertamina (Persero) akan menjadi salah satu yang terdepan dalam menghadirkan 29 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) unggulan di pameran produk kerajinan Inacraft 2024.