Perajin batik di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Cilacap menggunakan pewarna alami untuk batiknya, Selasa (19/3). Mereka menggunakan kulit kayu dan daun-daunan untuk mebuat warna tertentu pada batiknya. Di pasaran satu potong kain batik dihargai mulai Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. TEMPO/Aris Andrianto
TEMPO.CO, Jakarta - Dari sekitar 50 ribu pengrajin batik di Indonesia, ternyata hanya 106 pengrajin yang sudah memiliki sertifikat dan teruji sebagai pembuat batik yang berkualitas. Sertifikat batik atau yang biasa disebut Batikmark merupakan suatu tanda yang menunjukkan identitas atau ciri batik buatan Indonesia.
"Tujuan sertifikasi Batikmark ini untuk menghadapi kompetisi dan pembajakan," ujar Menteri Perindustrian M.S. Hidayat dalam jumpa pers pameran batik "Batikmark, Batik Berkualitas" di gedung Kementerian Perindustrian, Selasa, 23 April 2013. Menurut Hidayat, saat ini pembajakan terhadap batik Indonesia masih sangat marak. "Saya berharap, dengan adanya Batikmark, praktek pemalsuan oleh negara lain berkurang."
Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik, Zulmalizar, menjelaskan, ada tiga jenis penggolongan dalam Batikmark. Yaitu kategori emas untuk batik tulis, perak untuk batik campuran tulis dan cap, serta putih untuk batik cap. Untuk mendapatkan Batikmark, pengrajin harus mendaftarkan produknya kepada Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik di Yogyakarta. Kemudian akan dilakukan serangkaian tes untuk menguji kualitas batik tersebut. Tes yang dilakukan berupa uji bahan, kelunturan, dan ketahanan warna.
Untuk mengikuti seluruh tes ini, pengrajin dikenai biaya Rp 1,7 juta. Sertifikat yang didapat akan berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang. Setelah itu, selama satu tahun, Balai Besar Kerajinan dan Batik akan melakukan monitoring.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Euis Saodah mengatakan, sosialisasi Batikmark harus dilaksanakan oleh semua pihak sehingga para pengrajin mau mendaftarkan produk mereka. Banyak pengrajin yang merasa tidak penting disertifikasi karena sudah memiliki banyak pelanggan. "Mindset seperti itu yang harus kita ubah," ucap Euis.
Pameran Batikmark sendiri akan berlangsung hingga 26 April 2013 di Plaza Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Sebanyak 44 pengrajin dari Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, dan Papua mengikuti pameran ini. Pameran ini merupakan rangkaian dari kegiatan Gelar Batik Nusantara 2013 yang akan diselenggarakan di Jakarta Convention Center pada 17-21 Juli 2013.
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
14 hari lalu
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".