Superioritas Dolar Hambat Penguatan Rupiah  

Kamis, 4 April 2013 17:21 WIB

Ilustrasi Dolar. ANTARA/Yudhi Mahatma

TEMPO.CO, Jakarta - Berlanjutnya superioritas dolar atas mata uang dunia serta tekanan defisit perdagangan membuat apresiasi rupiah kembali tertahan.

Pada transaksi pasar uang hari ini, rupiah melemah 2 poin (0,02 persen) ke level 9.750 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah ikut terimbas pelemahan mata uang regional terhadap dolar yang ditandai terperosoknya euro ke level US$ 1,27.

Analis dari PT Monex Investindo Futures, Yohanes Ginting, mengatakan, sentimen global yang bervariasi serta masih adanya kecemasan terhadap defisit perdagangan membuat rupiah sulit keluar dari tekanan dolar. "Kecenderungan rupiah masih melemah di antara 9.740 hingga 9.760 per dolar," kata dia.

Kebijakan bank sentral Jepang yang akan mengeluarkan stimulus untuk melepaskan diri dari deflasi belum mampu mengerek rupiah. Pada saat yang sama, data tenaga kerja sektor industri dan jasa di Amerika hanya bertambah 158 ribu orang, atau lebih rendah dari ekspektasi 200 ribu. Hal ini memicu kekhawatiran bertambahnya pengangguran di Negeri Abang Sam.

Dari dalam negeri, masih lebarnya defisit perdagangan masih membebani mata uang. Selain mendorong tingginya permintaan dolar oleh importir, tingginya impor telah menyusutkan cadangan devisa. Padahal, cadangan devisa diperlukan Bank Indonesia untuk mengintervensi rupiah.

Menurut Yohanes, peluang penguatan rupiah baru terbuka apabila pemerintah mengevaluasi kebijakan impor yang didominasi barang konsumsi, terutama bahan bakar minyak (BBM). Permasalahannya tinggal apakah pemerintah berani melakukan penyesuaian harga BBM di dalam negeri.

Dengan kondisi kebijakan yang masih seperti ini, rupiah masih sulit untuk menguat. "Rupiah masih akan bertahan pada kisaran 9.700 selama beberapa waktu ke depan, kecuali ada katalis yang benar-benar kuat untuk mendorong rupiah," kata dia.

Hingga pukul 17.00 WIB, mata uang Asia cenderung melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura ditransaksikan di 1,2413 per dolar AS, dolar Hong Kong 7,7629 per dolar AS, dan won 1.123,71 per dolar AS. Kemudian yuan 6,2060 per dolar AS dan ringgit 3,0795 per dolar AS.

M. AZHAR | PDAT

Topik Terhangat:
EDISI KHUSUS Guru Spiritual Selebritas || Serangan Penjara Sleman|| Harta Djoko Susilo|| Nasib Anas


Baca juga:
Pembocor Sprindik Anas Sekretaris Ketua KPK

Wawancara Abraham Samad, Janji Lebih Galak

Anis Matta: Cita-cita PKS Sama dengan Walisongo

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

21 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

2 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya