Investor Bakal Beralih ke Obligasi Jangka Pendek

Reporter

Selasa, 15 Januari 2013 19:43 WIB

Refleksi karyawan memantau pergerakan pasar uang dan obligasi di Global Market Permata Bank, Jakarta, Selasa (10/1). ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta - Debt Capital Market PT Trimegah Securities Sony Pande memaparkan untuk obligasi pemerintah, diperkirakan investor masih menahan dananya sambil menunggu perkembangan situasi ekonomi selama semester pertama tahun ini. "Karena volatilitas masih tinggi, jika pun ada lebih kepada obligasi dengan jangka pendek," kata Sony, ketika dijumpai di Trimegah Investors Forum, Selasa, 15 Januari 2013.

Volatilitas tinggi ini tak lepas dari pergerakan rupiah , kondisi neraca perdagangan, hingga kebijakan BBM subsidi yang masih belum pasti. Untuk membeli obligasi pemerintah, investor masih menunggu langkah-langkah riil yang dilakukan oleh Bank Indonesia maupun Kementerian Keuangan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Untuk sementara, investor akan beralih ke obligasi dengan jangka waktu tak lebih dari 10 tahun. Hal ini juga berlaku bagi investor asing. Bahkan diperkirakan akibat kondisi ekonomi yang belum pasti ini, akan terdapat capital outflow setidaknya Rp 2 triliun dari investor asing."Tidak besar memang, karena untuk asing juga beralih ke jangka waktu lebih pendek."

Untuk tahun ini, rencananya pemerintah akan menerbitkan Surat Utang Negara sebesar Rp 180,44 triliun. Penerbitan surat utang tersebut, merupakan bagian kebijakan pemerintah untuk menjaga defisit anggaran mengingat pemerintah juga memiliki kewajiban membayar SUN yang jatuh tempo pada tahun ini sebesar Rp 87 triliun.

Dari sisi likuiditas, sebenarnya likuiditas surat utang saat ini terus meningkat. Dibanding volume rata-rata harian pada 2011 yang hanya sebesar Rp 6,5 triliun, pada 2012 volume rata-rata harian sudah mencapai sebesar Rp 7 triliun.

Sementara itu, komposisi kepemilikan SUN saat ini mayoritas masih dimiliki oleh investor asing yaitu sebesar 33 persen. Untuk SUN jangka panjang, dengan tenor hampir sampai 20 tahun, bahkan komposisi kepemilikan asing mencapai 71 persen. Naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 69 persen.

Komposisi asing yang tinggi ini tak lain disebabkan oleh beberapa faktor positif ekonomi di dalam negeri. Antara lain pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi dengan target di atas 6 persen pada tahun ini.

Selain itu juga karena kondisi global yang belum menentu. Amerika dan Eropa diperkirakan masih memberikan tingkat suku bunga yang rendah bagi para investor."Jadi kita harap masih ada investasi masuk ke Indonesia," tegasnya.

GUSTIDHA BUDIARTIE

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

35 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya