Tak Melaut, Kerugian Nelayan Sampai Rp 40 Miliar
Senin, 14 Januari 2013 12:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) memperkirakan kerugian nelayan akibat gelombang tinggi dan efek badai Narelle mencapai Rp 40 miliar. Sekretaris Jenderal KIARA Riza Damanik mengatakan, akibat gelombang tinggi hampir satu bulan terakhir ini, setidaknya ada 400-500 ribu nelayan yang tidak bisa melaut sehingga tidak mendapat penghasilan.
"Jumlah kerugian ini hanya dihitung dari potensi kehilangan pendapatan nelayan, belum termasuk kerugian infrastruktur seperti kapal yang rusak akibat diterjang ombak," kata Riza ketika dihubungi Tempo, Senin, 14 Januari 2013.
Riza memperhitungkan, dalam sebulan, rata-rata nelayan melaut maksimal 20 hari. Sekali melaut, nelayan mendapatkan pendapatan sebesar Rp 50 ribu. Akibat gelombang tinggi sejak satu bulan terakhir, setidaknya ada 400 ribu nelayan yang tidak bisa melaut.
Karena itulah, Riza meminta tiga hal kepada pemerintah untuk situasi cuaca ekstrem saat ini. Pertama, ia meminta pemerintah memastikan ada informasi dan imbauan kepada nelayan untuk tidak melaut karena wilayah perairan Indonesia sedang tidak kondusif. Kedua, pemerintah harus memastikan kebutuhan dasar nelayan dan keluarganya bisa terpenuhi. "Kebutuhan dasar ini bukan hanya beras, tapi juga air bersih, dan tempat penampungan yang layak," ujarnya.
Lalu tuntutan terakhir, ia meminta pemerintah untuk segera menyiapkan ekonomi alternatif kepada nelayan agar pendapatan keluarga bisa tetap terpenuhi dan nelayan cepat berdaya secara ekonomi.
Riza menilai selama ini pemerintah kurang tanggap dalam mengatasi permasalahan cuaca ekstrem dan gelombang tinggi. Akibatnya, kelompok nelayanlah yang paling berisiko langsung dan kehilangan pendapatan.
KIARA, ia melanjutkan, mencatat setidaknya dalam tiga tahun terakhir situasi serupa telah terjadi, yakni pada Januari 2010, Januari 2012, dan Januari 2013 ini. "Kami melihat upaya pemerintah daerah belum maksimal, atau bahkan tidak mungkin maksimal karena situasi seperti ini sudah masif," katanya.
ROSALINA