Defisit Perdagangan Masih Ganjal Rupiah  

Reporter

Editor

viva

Kamis, 30 Agustus 2012 17:04 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Membaiknya data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dirilis menguntungkan dolar sehingga cenderung menguat terhadap mata uang regional. Dengan membaiknya data ekonomi AS, harapan adanya stimulus lanjutan dari The Fed kembali memudar. Akibatnya, harga saham dan mata uang Asia melemah.

Masih tingginya permintaan dolar AS dari korporasi untuk memenuhi kebutuhan rutin mereka di akhir bulan membuat rupiah belum mampu menguat hingga di bawah 9.500 per dolar AS. Di transaksi hari ini, Kamis, 30 Agustus 2012, rupiah kembali ditutup melemah tipis 1 poin (0,01 persen) ke level 9.582 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, menjelaskan, melebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia menjadi US$ 1,32 miliar akibat meningkatnya impor dan melambatnya ekspor menjadi salah satu penyebab mengapa rupiah terus melemah hingga mendekati level 9.600 per dolar AS.

Masyarakat Indonesia yang konsumtif di tengah melambatnya permintaan global imbas dari krisis utang Eropa yang berkepanjangan membuat impor barang meningkat. Meskipun tidak membahayakan, itu memberikan dampak negatif bagi rupiah.

“Apalagi Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution pekan lalu mengatakan bahwa rupiah kini sedang bergerak mencari level ekuilibrium baru yang turut membebani rupiah,” tuturnya.

Bank sentral pasti akan tetap menjaga mata uangnya di pasar agar tidak melemah terlalu dalam. Namun, untuk saat ini yang lebih penting adalah stabilitas dan bukan untuk menjaga di level berapa rupiah berada. Untuk membawa rupiah menguat di bawah angka 9.500 untuk saat ini memang agak berat. Namun setidaknya bisa menjaga agar rupiah tidak menembus 9.600 per dolar AS.

Kondisi global yang masih lesu dan membaiknya data ekonomi AS membuat para pelaku pasar tetap nyaman memegang dolar dibanding mata uang regional seperti rupiah. Ditambah lagi harga saham juga sedang jatuh.

“Terdepresiasinya rupiah hingga di atas 9.500 per dolar AS positif bagi para eksportir, namun membuat para importir kini menjerit karena mahalnya biaya untuk mendatangkan barang dari luar negeri,” ucapnya.

VIVA B. KUSNANDAR

Berita lain:

Bandara Karawang Bisa Tampung 100 Juta Penumpang

Pembuat Mobil Esemka Buka Bengkel Baru

Indonesia Butuh 18 Ribu Pilot

Izin Akuisisi Batavia Air Telah Diterbitkan

Sukiat Siapkan Sepeda Listrik Khusus Difabel




Berita terkait

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

1 hari lalu

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada levep Rp 16.259 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

2 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

5 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

7 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

Ekonom menyebut putusan MK terkait sidang sengketa Pilpres tak banyak mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

9 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

9 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

9 hari lalu

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

Rupiah diprediksi dan tak terpengaruh dengan putusan MK. Rupiah spot hari ini ditutup pada Rp 16.237 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya