TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah mulai kekurangan tenaga di tengah minimnya sentimen positif dari pasar finansial global dan meningkatnya kebutuhan dolar Amerika Serikat dari dalam negeri.
Memburuknya data-data ekonomi dari AS, Eropa, Cina, dan Jepang yang diiringi dengan ekspektasi stimulus dari masing-masing bank sentral tidak mampu menguatkan rupiah. Sebaliknya, situasi itu justru semakin meneguhkan posisi dolar AS sebagai mata uang paling aman.
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, mengatakan kondisi mata uang di pasar finansial saat ini masih sangat ditentukan oleh sentimen-sentimen. Beberapa waktu belakangan ini sentimen cenderung mengarah ke negatif sehingga membebani rupiah. “Tidak adanya langkah konkret dari aktor keuangan global terkait stimulus moneter semakin membuat rupiah seakan kehilangan tenaga di pasar uang.”
Masalah utang yang masih membelit negara-negara Uni Eropa, ditambah tidak adanya pelonggaran moneter dari Negeri Abang Sam, membuat pergerakan mata uang Eropa masih rentan, sehingga tidak bisa mengangkat mata uang berisiko termasuk rupiah.
Dari dalam negeri, antisipasi kebutuhan menjelang libur panjang serta defisit neraca perdagangan menyebabkan likuiditas di pasar domestik semakin menipis. Karena itu, Bank Indonesia mencoba mengatasinya dengan menghimpun dana melalui kebijakan kenaikan suku bunga Fasilitas Diskonto (FasBI) menjadi 4 persen.
“Selain dimaksudkan untuk menghadapi kekeringan likuiditas, kebijakan itu juga untuk mengantisipasi kemungkinan semakin melemahnya rupiah di pasar uang,” kata Linda.
M. AZHAR (PDAT)
Berita terkait
Ciputra Resmi Akuisisi 15 Persen Saham Metropolitan Land Senilai Rp 367,4 M
13 November 2021
Ciputra Development melalui anak perusahaannya, Ciputra Nusantara resmi mengakuisisi 15 persen saham Metropolitan Land.
Baca SelengkapnyaIHSG Hari Ini Diperkirakan Masih Tertekan di Kisaran 5.803-5.960, Apa Sebabnya?
1 Februari 2021
Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini, Senin, 1 Februari 2021, diperkirakan masih tertekan.
Baca Selengkapnya2019, Ekonom Prediksi Nilai Tukar Rupiah Rata-rata Rp 14.725
6 Desember 2018
Ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardana memperkirakan rupiah pada 2019 akan berada pada level Rp 14.725 per dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaIHSG Diprediksi Rebound Hari Ini, Tetap Waspadai Rupiah
18 Juli 2018
Pergerakan kurs rupiah diprediksi tetap mempengaruhi IHSG hari ini.
Baca SelengkapnyaInfobank Beri Penghargaan untuk 100 Emiten Berkinerja Baik
25 Januari 2018
Lembaga analis strategi perbankan dan keuangan, Infobank, akan memberikan penghargaan kepada 100 emiten dengan pertumbuhan tercepat.
Baca SelengkapnyaDibuka Menguat, IHSG Tiba-tiba Anjlok 14,09 Poin
3 Januari 2018
Pada awal perdagangan, IHSG dibuka menguat sebelum tiba-tiba turun.
Baca SelengkapnyaIHSG Diprediksi Menguat, Simak Rekomendasi Saham Pilihan
6 Desember 2017
Untuk investasi jangka panjang, IHSG diprediksi akan memberi keuntungan.
Baca SelengkapnyaDolar Menguat, Rupiah Tertekan ke Level Rp 13.587
26 Oktober 2017
Rupiah ditutup melemah 0,07 persen atau 9 poin di Rp 13.587 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaRupiah Kembali Melemah, Ditutup di Level Rp 13.578 Per Dolar AS
25 Oktober 2017
Rupiah tertekan penguatan dolar Amerika Serikat saat imbal hasil obligasi Amerika meningkat.
Baca Selengkapnya5 Hari Melemah, Kurs Rupiah Akhirnya Kembali Rebound
24 Oktober 2017
Rupiah ditutup menguat 0,07 persen atau 10 poin di Rp 13.533 per dolar AS.
Baca Selengkapnya