Pengusaha Berharap Suku Bunga Segera Turun

Reporter

Editor

Minggu, 12 Februari 2012 17:07 WIB

TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Yogyakarta - Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sebanyak 25 basis poin dari 6 persen menjadi 5,75 persen diminta juga diikuti dengan penurunan suku bunga kredit berbankan. Para pengusaha di Daerah Istimewa Yogyakarta berharap penurunan bunga kredit dapat mendorong pengembangan bisnis dan menambah gairah perekonomian.

"Meskipun beberapa bank sudah ada yang menurunkan suku bunga kredit, tetapi para pengusaha masih merasa bunga terlalu tinggi," kata Nur Achmad Affandi, Ketua Kamar Dagang dan Industri Yogyakarta, Ahad, 12 Februari 2012.

Diakuinya, pihak perbankan menurunkan suku bunga kredit menjadi 12 persen saat Bank Indonesia menurunkan BI Rate. Namun bunga itu masih terlalu tinggi bagi para pengusaha. Apalagi di tengah kondisi pasar yang masih kurang kondusif, khususnya perdagangan internasional.

Suku bunga yang tergolong tinggi itu, kata dia, masih ditambah dengan persyaratan bank yang dinilai sulit, membuat pengusaha masih ada yang mengandalkan pinjaman di luar bank. Para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lebih sering meminjam modal dari kerabat atau sahabat.

Jika BI Rate yang sudah diturunkan itu tidak diikuti oleh penurunan suku bunga kredit, maka kebijakan itu akan sia-sia dan tidak akan mempengaruhi gairah perekonomian. Seharusnya, kata Nur, suku bunga kredit modal kerja dari bank bagi para pengusaha sebesar 7 persen saja. Suku bunga yang layak itu juga akan memunculkan daya saing para pengusaha di pasar internasional.

Di pasar internasional, ia mencontohkan, perdagangan mebel dan kerajinan pengusaha Malaysia bisa menjual produk hanya 60-70 persen dari harga jual produk dari Indonesia. Sebab, suku bunga di sana untuk pinjaman modal kerja hanya 5-6 persen.

"Suku bunga yang tinggi juga mempengaruhi harga jual produk," kata dia.

Menurut peneliti muda senior Bank Indonesia, Fadhil Nugroho, kebijakan BI, dalam penurunan suku bunga, sebagai langkah lanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah menurunnya ekonomi global. Dengan penurunan suku bunga acuan itu, diharapkan dapat mendorong ekspansi investasi para pengusaha karena mendapatkan sumber dana yang bunganya kecil.

Selain itu, adanya penurunan suku bunga bisa menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan konsumsi. Itu juga akan berdampak pada semua tipe kredit, baik investasi, modal kerja, maupun konsumsi, termasuk kredit pemilikan rumah.

"Bank seharusnya segera menurunkan suku bunganya. Kalau tidak, maka akan kalah bersaing dengan bank yang sudah menurunkan bunganya," kata Fadhil.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

1 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

5 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

5 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

6 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

6 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

6 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya