TEMPO Interaktif, Jakarta: Direktur Pengawasan Perbankan Bank Indonesia (BI), Aris Anwari, memuji langkah yang dilakukan BNI dalam penanganan kasus pembobolan di Magelang. "Mereka segera melakukan upaya penagihan secara proaktif dan melaporkan kasusnya ke pihak berwenang," katanya ketika dihubungi Tempo News Room, Senin (12/1) sore. Menurut laporan yang diterima BI, begitu ada L/C yang tertunggak, pihak BNI Magelang segera meminta jaminan asset kepada pemegang L/C. "Hasilnya mereka berhasil me-recovery dana sebesar Rp 33 miliar," ujar Aris.Hal ini, menurut Aris bisa dilihat dari asset yang di-recovery mayoritasnya adalah jaminan hak tanggungan asset dengan total nilai Rp 25 miliar. Selain itu, BNI juga melaporkan 8 (delapan) pegawainya ke polisi. "Jadi untuk kali ini BNI bergerak cepat. Mungkin karena sudah menduga pelakunya punya niat jelek," katanya sambil tertawa . Dalam pandangan Aris, sudah seharusnya BNI melakukan reaksi yang cepat karena kasus pembobolan cabang Magelang tersebut merupakan satu rangkaian kesatuan dengan kasus cabang Kebayoran Baru. "Jadi sebenarnya suatu reaksi yang wajar dan memang harus begitu," ujarnya. BI sendiri menerima laporan adanya kasus pembobolan BNI cabang Magelang pada bulan November 2003. "Ketika itu mereka (BNI) bilang ada kasus pembobolan yang masih satu rangkaian dengan kasus sebelumnya," kata Aris. Walaupun demikian, BI belum mendapat laporan lengkap dari BNI tentang kelanjutan kasusnya. Sebelumnya, BNI mengakui bahwa telah mengalami kebobolan senilai US $ 3,1 juta di kantor cabang Magelang yang terkait dengan pembobolan Rp 1,7 triliun di cabang Kebayoran Baru. Menurut Direktur Utama BNI, Sigit modes operandi pembobolan yang terjadi mulai Februari 2003 tersebut sama dengan kasus pembobolan cabang Kebayoran Baru, yaitu menggunakan L/C fiktif. Penerbit L/C adalah perusahaan yang sama dengan yang terlibat kasus sebelumnya. Amal Ihsan - Tempo News Room