TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, menyatakan penurunan suku bunga acuan menjadi 5,75 persen bukan satu-satunya faktor pendorong suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan. “Jangan terlalu terfokus menganggap seolah-olah dengan BI rate turun pasti SBDK turun secara proporsional,” ujarnya, Jumat, 10 Februari 2012.
Menurut dia, perlu ada tambahan kebijakan lain untuk terus memicu penurunan suku bunga kredit di lapangan. “Arahnya iya (suku bunga turun). Tapi apakah terwujud atau tidak, ada tambahan langkah lain yang harus ditempuh," ucapnya.
Lebih jauh Darmin berharap setelah menyetujui rencana bisnis bank (RBB) pada Maret, bank sentral akan mengumumkan rentang besaran penurunan SBDK perbankan yang telah dibahas sejak awal tahun ini.
“Nanti kalau sudah disetujui akan kami sebutkan dalam tahun 2012 ini dalam range berapa basis point dengan berapa basis point SBDK bisa kami dorong turun," katanya.
Upaya mendorong penurunan SBDK sebetulnya tidak hanya dilakukan melalui pembahasan dalam RBB. Salah satu langkah Bank Indonesia adalah melakukan pembicaraan dengan Kementerian Badan Usaha dan Milik Negara serta Kementerian Keuangan. "Kami juga mempengaruhi harga SBN dan seluruhnya itu adalah bagian dari upaya mendorong agar SBDK terpengaruh," ucapnya.
Meski begitu, Darmin masih enggan menjelaskan secara terbuka langkah-langkah yang akan ditempuh BI ke depan. "Kalau dijelaskan malah mentah dan tidak jadi karena ada saja yang bereaksi lain," ujarnya.
MARTHA THERTINA
Berita terkait
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
2 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.
Baca SelengkapnyaEkonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025
2 hari lalu
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.
Baca SelengkapnyaSetelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat
2 hari lalu
Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaPengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan
2 hari lalu
BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.
Baca SelengkapnyaIHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia
3 hari lalu
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga
3 hari lalu
Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.
Baca SelengkapnyaTingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah
3 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025
3 hari lalu
Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaBI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global
4 hari lalu
Bank Mandiri merespons soal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).
Baca SelengkapnyaBI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah
4 hari lalu
BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?
Baca Selengkapnya