TEMPO Interaktif, Shanghai - Pemerintah Cina akan menggerojoki pasar uang dengan dana lebih dari 1 triliun yuan atau setara US$ 158 miliar hingga akhir tahun ini. Intervensi itu dilakukan untuk membantu meningkatkan likuiditas, setelah pasar terpengaruh kebijakan moneter ketat sejak Oktober tahun lalu.
Kantor berita Reuters mengabarkan, kebijakan ini kemungkinan berjalan dalam dua bulan ke depan. Mengutip laporan dari China International Capital Corp, dana tersebut akan digelontorkan melalui subsidi tahunan Departemen Keuangan.
Lembaga tersebut biasanya memang menawarkan subsidi untuk berbagai sektor industri dalam dua bulan terakhir setiap tahun sebagai bagian dari distribusi pendapatan pajak tahunan pemerintah.
Pemerintah Cina sendiri tidak mempublikasikan subsidi ini, tetapi informasi yang beredar di pasar menyebutkan besaran subsidi ini mencapai 1 triliun hingga 2 triliun yuan pada 2010. Meski demikian, pelaku pasar sebetulnya berharap pemerintah tidak akan mengucurkan subsidi untuk mendongkrak likuiditas pasar tahun ini.
Saat ini, bank sentral Cina (PBOC) tidak menaikkan suku bunga atau rasio Giro Wajib Minimum Bank sejak Juli. Hal ini menjadi pertanda bahwa pemerintah mempertimbangkan kelonggaran kebijakan moneter ketat di tengah gejolak pasar yang dilanda kekhawatiran meluasnya krisis utang zona euro.
FERY FIRMANSYAH
Berita terkait
Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Tahun Depan Tetap Longgar, Apa Saja?
30 November 2023
Bank Indonesia tetap mempertahankan kebijakan makroprudensial longgar pada tahun 2024 mendatang.
Baca SelengkapnyaBI Dorong Korporasi Terbitkan Surat Berharga Komersial
25 September 2019
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan instrumen itu untuk memberikan opsi bagi pelaku pasar dalam membantu pembiayaan jangka pendek.
Baca SelengkapnyaDestry Sebut Kebijakan Pelonggaran Moneter Masih akan Berlanjut
7 Agustus 2019
Destry Damayanti mengatakan kebijakan pelonggaran moneter masih akan berlanjut dalam jangka waktu cukup panjang.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Turun, Sri Mulyani: Likuiditas Negara Lebih Rileks
1 Agustus 2019
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penurunan suku bunga pertanda perubahan arah kebijakan moneter dari bank sentral Amerika
Baca SelengkapnyaPeluang Terbuka, BI Isyaratkan Suku Bunga Acuan Turun Lagi
22 Juli 2019
Bank Indonesia sebelumnya telah menurunkan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dari 6 persen ke 5,75 persen.
Baca SelengkapnyaKebijakan Moneter Lebih Akomodatif, LPS Rate Bakal Turun
24 Mei 2019
LPS mencatat selama dua bulan terakhir suku bunga simpanan perbankan mulai melandai dan cenderung stabil.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan Ekonomi di ASEAN+3 Bakal Melambat di 2019 dan 2020
1 Mei 2019
Meski begitu, proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang masih kembali meningkat karena didukung oleh kondisi fundamental yang kuat.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik, Sinyal BI Mulai Perketat Moneter?
2 Juli 2018
Kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dinilai pasar sebagai sinyal pengetatan moneter yang hati-hati dan terukur.
Baca SelengkapnyaStabilkan Ekonomi RI, Gubernur BI Siapkan 'Jamu' Moneter
17 Juni 2018
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan dirinya telah menyiapkan lima 'jamu' khusus untuk menjaga kestabilan moneter.
Baca SelengkapnyaJokowi: Pemerintah Waspadai Risiko Akibat Normalisasi Moneter AS
15 Mei 2018
Presiden Jokowi memastikan pemerintah akan selalu waspada terhadap risiko akan ketidakpastian ekonomi global akibat normalisasi moneter AS.
Baca Selengkapnya