TEMPO Interaktif, Washington - Federal Reserve, Selasa, 9 Agustus 2011 kemarin, mengumumkan bahwa pihaknya akan menjaga tingkat suku bunga dalam jangka pendek, setidaknya hingga 2013, pada angka mendekati nol persen. Hal ini dilakukan untuk mendukung perekonomian. Namun Bank Sentral tidak secara spesifik menyampaikan gagasan baru suku bunga dalam jangka panjang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dewan Kebijakan Bank Sentral dalam pernyataannya kemarin petang menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi telah mengalami perlambatan, jauh dari yang diharapkan. Namun mereka yakin ada sedikit prospek yang bisa dilakukan untuk perbaikan, salah satunya dengan membuat kebijakan yang progresif. Awalnya The Fed berencana menjaga suku bunga mendekati nol persen untuk jangka panjang. Namun entah mengapa, kebijakan itu diralat.
"Sekarang Dewan mengharapkan semua yang mengalami perlambatan pada periode lalu harus pulih dengan cepat pada kuartal mendatang,” bunyi pernyataan The Fed yang dilansir New York Times, hari ini, Rabu, 10 Agustus 2011. "Tingkat pengangguran hanya akan menurun secara bertahap."
Banyak ekonom dan analis luar berpendapat bahwa The Fed harusnya bertindak lebih agresif dalam menanggapi peningkatan pengangguran dan goyahnya pertumbuhan ekonomi. Namun perpecahan internal yang membatasi kemampuan Bank Sentral untuk mengejar langkah-langkah tambahan.
Bahkan komitmen sederhana yang diumumkan kemarin hanya disahkan oleh 3 dari 7 suara.. Bank Sentral lebih memilih untuk bertindak secara bulat bila memungkinkan. Para penentang termasuk Richard W. Fisher, Presiden Bank Federal Reserve Dallas; Narayana Kocherlakota, Presiden Federal Reserve Bank dari Minneapolis; dan Charles Plosser, Presiden Federal Reserve Bank Philadelphia.
Ketiga pria ini menganggap inflasi sebagai ancaman yang lebih serius bagi perekonomian daripada pengangguran.
Pengumuman Bank Sentral kemarin ditunggu-tunggu oleh investor yang menanggapi suramnya perekonomian Amerika dalam beberapa pekan terakhir dengan menurunnya pasar keuangan global.
Perekonomian hanya tumbuh 0,8 persen selama semester pertama tahun ini. Angkatan kerja menyusut. Negara dan pemerintah daerah memotong kembali. Terakhir, pengumuman Standard & Poor's pekan lalu yang menghapus Amerika dari daftar negara peminjam bebas risiko.
Bank Sentral telah mempertahankan acuan jangka pendek tingkat suku bunga mendekati nol sejak Desember 2008, membanjiri sistem keuangan dengan hal yang terdekat dengan uang gratis. Ini telah berjanji setelah setiap pertemuan sejak akhir 2008 untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol "untuk periode yang diperpanjang," kata Ben S. Bernanke, Ketua The Fed, awal tahun ini didefinisikan sebagai makna periode setidaknya beberapa bulan.
Bank Sentral juga telah mengumpulkan lebih dari US$ 2,5 triliun di sekuritas Treasury dan sekuritas hipotek, menempatkan tekanan pada jangka panjang suku bunga. Pembelian telah mendorong investor ke pasar saham dan investasi berisiko lainnya dan mengurangi nilai dolar, membantu eksportir Amerika.
The Fed mengatakan bahwa menjual aset-aset ini akan menjadi langkah pertama ketika ekonomi mulai membaik. Awal bulan lalu, Bernanke mengatakan bahwa Fed "siap untuk mengambil langkah lebih lanjut jika diperlukan."
Bernanke menegaskan bahwa Bank Sentral enggan untuk melakukannya. Dia mengatakan Fed akan bertindak hanya jika pertumbuhan terus goyah dan yang penting hanya jika terjadi gejolak kenaikan harga.
Inflasi harga dan upah buruh adalah perhatian utama The Fed. Secara hukum, Fed bertanggung jawab untuk menjaga kestabilan harga dan pengangguran serendah mungkin.
NEW YORK TIMES | ERWIN DARIYANTO
Berita terkait
Indonesia Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global
11 Mei 2023
Anton menyarankan untuk memperkuat kekuatan domestik perekonomian Indonesia di antaranya dengan mengoptimalkan konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak utama perekonomian.
Baca SelengkapnyaJurus Jokowi Antisipasi Ancaman Resesi Global
5 September 2019
Pemerintah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang dikhawatirkan memicu potensi resesi semakin besar.
Baca SelengkapnyaTrump Mau Potong Pajak Penghasilan Cegah Resesi Amerika Serikat
21 Agustus 2019
Presiden Donald Trump mengatakan mulai mempertimbangkan untuk memotong pajak penghasilan untuk menghindari resesi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaDonald Trump Didemo, Obama Sedang Apa?
23 Januari 2017
Jajak pendapat terbaru menunjukkan hanya 40 persen orang Amerika yang menyetujui Donald Trump.
Baca SelengkapnyaStimulus AS Dipangkas, Ekonomi Global Sehat
30 Januari 2014
"Tanpa stimulus moneter, pertumbuhan ekonomi global tentu lebih berarti."
Baca SelengkapnyaThe Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar
30 Januari 2014
Dana stimulus US$ 65 miliar per bulan mulai berlaku pada Februari 2014.
Baca SelengkapnyaFed Kurangi Stimulus, IHSG Menghijau
19 Desember 2013
Setelah kepastian pencabutan stimulus moneter AS, IHSG di Bursa Efek Indonesia segera menghijau pada Kamis, 19 Desember 2013.
Baca SelengkapnyaHatta: Tapering Off Pasti Lemahkan Rupiah
19 Desember 2013
"Memang kalau tapering off itu biasanya dolar menguat, akibatnya mata uang-mata uang regional melemah, termasuk rupiah."
Baca SelengkapnyaJelang Pengumuman The Fed, Wall Street Loyo
18 Desember 2013
"Investor pada dasarnya duduk di tangan-tangan mereka."
Baca SelengkapnyaShutdown AS Berakhir, Bank Indonesia Senang
18 Oktober 2013
Jika dibiarkan berlarut diyakini dapat memberikan dampak kepada ekonomi dunia.
Baca Selengkapnya