Ketua KNKT, Tatang Kurniadi mengatakan, pihaknya tidak dapat serta merta menyimpulkan apa penyebab kecelakaan. Perlu penelusuran khusus agar dapat mengetahuinya secara detail. “Rekomendasi keselamatan kami dapat berikan. Sekarang akan kami rapatkan,” kata nya di Jakarta, Selasa, 10 Mei 2011.
Kepala Bidang Penelitian Kecelakaan Pesawat Udara KNKT Masruri menyatakan, rekomendasi akan diberikan ke beberapa pihak diantaranya negara pendesain pesawat, negara pembuat pesawat, negara operator, operator itu sendiri, dan pabrik pembuatan mesin pesawat.
“Untuk komponen kecil tidak termasuk,” ujar Masruri. Rekomendasi akan diberikan kepada pabrik komponen kecil di pesawat itu, kata dia, jika memang ada permasalahan di sana. “Kalau masalah di landing gear, berarti dia dapat rekomendasi juga.”
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mendata saat ini 189 unit pesawat MA-60 buatan Xi'an Aircraft Industry Co Ltd. telah dioperasikan di sejumlah negara. “Data ini kami dapatkan dari Asia Pacific Marketing,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bhakti Singoyuda.
Cina termasuk salah satu negara yang menggunakan pesawat tersebut. Ada sekitar 130 pesawat MA-60 yang dipakai oleh berbagai perusahaan penerbangan di Negeri Panda. “Keseluruhan pesawat itu beroperasi sebagai pesawat sipil,” kata Herry.
Selain Cina, beberapa negara juga memakai pesawat tersebut di antaranya Republik Kongo, Myanmar, Tajikistan, Zambia, Sri Lanka, Zimbabwe, Laos, Ghana, Ekuador, Bolivia, dan Filipina. “Termasuk Indonesia yang memesan 15 unit jenis pesawat itu,” tutur Herry.
Jika pesawat MA-60 tersebut digunakan untuk kepentingan lain seperti militer, kata Herry, berarti jumlah pesawat yang beredar kemungkinan lebih dari 189 unit. “Karena data yang kami miliki hanya untuk pesawat sipil saja,” kata dia.
Di Indonesia, perawatan pesawat tersebut nantinya akan dipusatkan di Merpati Maintenance Facility di Surabaya, Jawa Timur. Beberapa waktu lalu pesawat jenis yang sama dari Filipina sempat masuk hanggar untuk dilakukan perawatan di Surabaya.
Pesawat jenis MA-60 yang jatuh di perairan Kaimana, itu baru menjalani jam terbang 615 jam dan melakukan rotasi penerbangan sebanyak 764 kali. Pesawat itu belum pernah menjalani perawatan berkala skala besar, kecuali perawatan harian dan pemantauan 100 jam.
SUTJI DECILYA