Banjir Produk Cina Bukan Karena Tarif Rendah

Reporter

Editor

Jumat, 15 April 2011 10:26 WIB

Pedagang mengemas jeruk import asal Cina yang biasa digunakan sebagai sajian Imlek di Surabaya, Rabu (03/02). Menjelang perayaan Imlek permintaan jeruk ini melonjak cukup tajam, satu kardus jeruk dpasarkan dengan harga 80 ribu. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebagian besar produk impor asal Cina ternyata belum menggunakan tarif preferensi berdasarkan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). "Masih 70 persen impor pakai tarif normal," kata Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar kemarin.

Artinya, menurut dia, semua permasalahan industri dalam negeri bukan diakibatkan oleh pengenaan tarif impor untuk produk Cina yang rendah. "Persoalannya bukan ACFTA, tetapi karena harga barang Cina sudah murah sekali," ujarnya. Bila produsen Cina menggunakan tarif preferensi, tentu harga produk bakal lebih murah lagi.

Hal ini menanggapi keluhan beberapa industri yang merasa dirugikan karena penjualannya anjlok akibat membanjirnya produk impor asal Cina setelah tarif impor turun sesudah ACFTA berlaku efektif. Industri yang tertekan di antaranya adalah industri tekstil, alas kaki, mainan anak, dan baja.

Impor dari Cina memang melonjak dan mengakibatkan defisit perdagangan Indonesia dengan Cina membesar setahun setelah ACFTA berjalan. Tahun lalu defisit perdagangan Indonesia mencapai US$ 4,73 miliar, lebih besar ketimbang tahun sebelumnya yang hanya US$ 2,5 miliar.

Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian, Arryanto Sagala, menyatakan bakal ada tambahan usulan baru penerapan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) pada 21 jenis produk. Hal tersebut untuk memproteksi produk dalam negeri dari derasnya aliran produk impor serupa dari Cina.

“Kalau mereka (Cina) dipaksa memenuhi SNI, pasti produknya tidak bisa dijual murah. Produk dalam negeri bisa bersaing,” kata Arryanto.

Ke-21 produk yang dikenai wajib SNI itu akan menambah panjang daftar 68 produk berstandar serupa. Produk-produk itu di antaranya meliputi sektor industri elektronik, industri maritim dan kedirgantaraan, produk tekstil, produk aneka, serta produk baja.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Suryo Bambang Sulisto meminta agar wajib SNI diterapkan lebih selektif dan diprioritaskan pada produk yang diserbu oleh produk Cina.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengatakan sektor tekstil siap dengan penerapan wajib SNI. “Biasa kami lakukan terutama saat menerima pesanan ekspor ke Eropa dan Jepang. Standar kami sesuai dengan standar mereka yang tinggi,” kata Ade.

Ia berharap, ke depan, pemerintah memperketat penerapan wajib SNI untuk produk impor. Sebab, meskipun SNI bertujuan menekan impor dan meningkatkan daya saing, kenyataannya justru industri lokal yang dikejar-kejar untuk patuh SNI tapi importir kurang diawasi. Akibatnya, industri lokal yang tertekan.

Kementerian Keuangan berkomitmen mencegah penyelundupan dengan memperketat impor produk dari Cina. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai akan meningkatkan early warning system dengan mendata produk impor yang beredar di pasar lokal dengan mengecek surat keterangan asal (SKA) tiap produk. Untuk mengantisipasi praktek dumping, pemerintah bakal memberlakukan bea masuk antidumping.

EKA UTAMI APRILIA | AGUNG SEDAYU | IRA GUSLINA

Berita terkait

Hari Ini Cina Terapkan Bea Antidumping untuk Baja Nirkarat RI

23 Juli 2019

Hari Ini Cina Terapkan Bea Antidumping untuk Baja Nirkarat RI

Tarif antidumping yang dikenakan Cina sebesar 18,1 - 103,1 persen.

Baca Selengkapnya

Perang Dagang, Indonesia Bisa Rebut Pasar Tekstil Cina di AS

16 Mei 2019

Perang Dagang, Indonesia Bisa Rebut Pasar Tekstil Cina di AS

Indonesia berpeluang mengambil pasar tekstil Cina di Amerika Serikat setelah perang dagang kedua negara tersebut.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ingatkan Dampak Buruk Perang Dagang Presiden Trump

6 Maret 2018

Sri Mulyani Ingatkan Dampak Buruk Perang Dagang Presiden Trump

Sri Mulyani mengomentari kebijakan AS yang akan memproteksi produk baja dengan menerapkan bea masuk.

Baca Selengkapnya

Devaluasi Yuan, Ini Strategi Menteri Perindustrian  

14 Agustus 2015

Devaluasi Yuan, Ini Strategi Menteri Perindustrian  

Menteri Perindustrian menilai devaluasi yuan membuat ekspor Cina makin deras masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Akhirnya, New iPad Bisa Masuk Cina

21 Juli 2012

Akhirnya, New iPad Bisa Masuk Cina

Mereka harus membayar nyaris Rp 600 miliar untuk menyelesaikan sengketa paten dengan sebuah perusahaan lokal Cina.

Baca Selengkapnya

Anggito: ACFTA Harus Dilihat Secara Multilateral  

2 Mei 2011

Anggito: ACFTA Harus Dilihat Secara Multilateral  

Secara bilateral memang defisit, tapi secara multilateral Indonesia surplus

Baca Selengkapnya

PM Cina: Salak dan Manggis Populer di Cina

30 April 2011

PM Cina: Salak dan Manggis Populer di Cina

Ternyata tak hanya produk-produk buatan Cina yang membajiri Indonesia. Beberapa produk dalam negeri khususnya buah-buahan asli Indonesia saat ini mulai banyak dikonsumsi masyarakat Cina atau biasa juga disebut Republik Rakyat Tiongkok.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Minta Cina Turunkan Pajak Ekspor

29 April 2011

Pemerintah Minta Cina Turunkan Pajak Ekspor

Cina banyak mengambil bahan baku dari Indonesia kemudian produk olahannya dijual dengan bea ekspor tinggi.

Baca Selengkapnya

Banyak Produk Cina Masuk Lewat Malaysia

23 April 2011

Banyak Produk Cina Masuk Lewat Malaysia

Maraknya produk Cina di pasar domestik ternyata bukan hanya karena diimpor langsung dari Cina, melainkan juga banyak yang dimpor dari negara tetangga.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dinilai Salah Strategi Hadapi CAFTA

23 April 2011

Indonesia Dinilai Salah Strategi Hadapi CAFTA

Lemahnya Indonesia menghadapi banjir impor Cina pasca diberlakukannya pasar bebas Cina-ASEAN (CAFTA) setahun lalu dinilai karena adanya kesalahan strategi.

Baca Selengkapnya