Bank Sentral Australia Pertahankan Suku Bunga di 4,75 Persen  

Reporter

Editor

Selasa, 5 April 2011 14:25 WIB

Reserve Bank of Australia (RBA). REUTERS/Daniel Munoz
TEMPO Interaktif, Sydney—Bank sentral Australia (RBA) hari ini Selasa (5/4) mempertahankan sukubunganya di level 4,75 persen seperti ekspektasi para analis. RBA dalam pernyataannya menyoroti pergulatan ekonomi dimana terjadinya lonjakan investasi pertambangan namun belanja konsumen tidak banyak bergerak.

Kebijakan ini sesuai harapan dari para ekonom, karena perubahan suku bunga sudah sangat terbatas setelah serangkaian kenaikan suku bunga yang terjadi sebelumnya. Terakhir RBA menaikkan suku bunganya bulan November tahun lalu.

Dalam pernyataannya, bank sentral Australia mengatakan, dewan menilai bahwa sikap agak membatasi kenaikan ini sangat wajar karena melihat prospek makroekonomi.

Terus naiknya harga energi akan menjadi momok inflasi yang semakin mengkhawatirkan. Bank sentral menegaskan bahwa investasi sektor swasta akan menghadapi kenaikan harga komoditas. “Disektor rumah tangga terjadi sebaliknya, ada kecenderungan kehati – hatian dalam pengeluaran dan pinjaman, pertumbuhan tabungan justru meningkat dibandingkan penghasilan,” papar pejabat RBA.

Para ekonom menilai bahwa pernyataan bank sentral kali ini tidak banyak berbeda dari komentarnya bulan lalu.

“Pernyataan kali bank sentral masih sangat konsisten dari komentar sebelumnya,” ujar salah seoerang analis dari TD Securities. Disini tidak ada pernyataan yang mengindikasikan perubahan dalam waktu dekat.

Ekonom dari UBS menilai bahwa pernyataan bank sentral 83 persen indentik dengan komentar sebelumnya. RBA hanya menambahkan setelah bencana banjir baru – baru ini, produksinya batubara ditambang yang dilanda banjir kemarin butuh waktu yang lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

Terapresiasinya dolar Australia terhadap mata uang utama dunia adalah salah satu faktor penyeimbang kenaikan harga utilitas.

Dolar Australia siang ini ditransaksikan di level US$ 1,0337, turun 0,0034 (0,37 persen) dari posisi kemarin. Pelemahan dolar Australia jugu dipicu oleh defisitnya neraca perdagangan di bulan Februari lalu.

MARKETWATCH/ VIVA B. KUSNANDAR

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

5 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

6 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

6 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

6 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

7 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya