Pengamat: BI Rate Seharusnya Naik Jadi 6,75 Persen  

Reporter

Editor

Senin, 24 Januari 2011 11:43 WIB

Rupiah. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Pusat Studi Ekonomi Bank Permata A Tony Prasetiantono menyatakan, jika inflasi Januari 2011 lebih dari 0,5 persen, maka BI Rate seharusnya naik 25 basis poin. "Inflasi Januari saya harap kurang dari 0,5 persen. Tapi feeling saya lebih dari 0,5 persen," katanya hari ini.

Sebab, di bulan ini, belanja akan lebih besar, selain juga cuaca. "Anak sekolah baru masuk, itu juga belanja besar," katanya.

Sehingga, jika inflasi Januari jatuh kurang dari 0,5 persen, maka inflasi year on year ia perkirakan stabil di 6,6 persen. "Tapi kalau inflasi mengulang inflasi Januari 2010 sebesar 0,84 persen, maka BI Rate naik 25 basis poin saja menjadi 6,75 persen,"ucapnya.

Menurut Tony, kenaikan BI Rate ini cukup beralasan. Karena negara lain, Brasil, baru menaikkan suku bunga perbankan.

Alasan lain, Indeks Harga Saham Gabungan yang mulai terkoreksi, nilai mata uang Rupiah di level 9.070. Optimisme kejadian harga minyak di pasar yang berkisar di US$ 100 per barel dan 1.200 dolar per ton.

Kondisi ini mirip dengan tahun 2008 dengan optimisme kejadian harga minyak di US$ 147 per barel dan US$ 1.400 per ton. "Tanda-tandanya waktunya BI meng-adjust suku bunga," katanya.

Sikap BI menahan suku bunga di level 6,5 persen dikhawatirkan akan direspons negatif oleh pasar. Meski, menurut Tony, alasan BI mempertahankan suku bunga acuan salah satunya adalah ingin menghindari kenaikan suku bunga domestik.

Yang dianggap tidak sejalan dengan keinginan bank sentral untuk menurunkan net interest margin (NIM). "Saya bisa mengerti, BI menahan BI Rate di 6,5 persen. Tapi kenaikan BI Rate tidak otomatis menaikkan lending rate. Pasar akan cukup dewasa," katanya.

Apalagi, di sisi lain, kenaikan lending juga risiko atas kenaikan noan performing loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah.

Selanjutnya, Tony meminta kalangan perbankan mencari kreatifitas lain untuk menurunkan NIM. "Labanya jangan hanya digenjot, yang penting sustainable," katanya.

FEBRIANA FIRDAUS

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

32 menit lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

5 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

6 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

6 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

6 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya