Perusahaan Air Minum Dijatah Subsidi Bunga Rp 50 Miliar

Reporter

Editor

Kamis, 29 April 2010 14:39 WIB

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah menyediakan anggaran Rp 50 miliar untuk subsidi bunga bagi perusahaan air minum yang akan mengajukan pinjaman ke perbankan. Setidaknya terdapat 14 perusahaan air minum yang siap mengajukan pinjaman ke bank. "Ada 20 lagi yang sedang persiapan," kata Direktur Jendral Cipta Karya Budi Yuwono di Jakarta, Kamis (29/4).

Perusahaan tersebut boleh mengajukan pinjaman dengan nominal berapa pun sesuai rencana bisnis yang diajukan. Subsidi diberikan untuk selisih suku bunga Bank Indonesia dan bunga yang berlaku di pasar dengan ketentuan selisih maksimal lima persen.

Budi mengatakan, tiga bank pemerintah ditunjuk untuk menyalurkan pinjaman bersubsidi ini, yaitu Bank Nasional Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Daerah Jawa Barat dan Banten. Pemberian subsidi terkait dengan program restrukturisasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Terdapat 175 perusahaan air minum yang mengajukan restrukturisasi hutang. Total utang yang akan direstrukturisasi senilai Rp 4,3 triliun. Adapun 14 di antara 175 perusahaan itu dinyatakan sehat dan boleh mengajukan pinjaman kepada bank. "Selama ini ada ketakutan pada mereka kalau perusahaan merugi, dan tidak bisa bayar bagaimana?" ujar Budi.

Namun pemerintah telah memberikan jaminan akan menalangi sebagian utang jika perusahaan air minum tidak mampu membayar utang kepada bank. Asal kegagalan bayar itu bukan disebabkan oleh kinerja yang buruk. Apalagi PDAM juga diizinkan menerapkan tarif minimal sesuai ongkos produksi.

Jika perusahaan air minum tidak mampu membayar utang mereka kepada bank, maka pemerintah akan menanggung 40 persen utang perusahaan. Sedangkan 30 persen akan ditanggung pemerintah daerah, dan 30 persen lainnya ditanggung oleh bank.

Tahun lalu pemerintah juga menganggarkan subsidi bunga untuk restrukturisasi perusahaan daerah air minum sebesar Rp 15 miliar. Namun anggaran 2009 tidak terpakai karena keputusan Menteri Keuangan terkait subsidi tersebut baru keluar Desember tahun lalu.

Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah Reydonnyzar Moenek mengatakan, lebih dari 47 persen jenis usaha badan usaha milik daerah adalah PDAM. Namun tingkat pengembalian modal (return of equity) dan tingkat pengembalian aset (return of asset) perusahaan ini selalu minus karena tidak dikelola dengan baik dan selalu diintervensi oleh pemerintah.

"Berikan mereka (PAM) derajat keleluasaan dan non-intervensi. Karena selama masih diintervensi sulit bagi perusahaan air minum untuk menjadi sehat dan menguntungkan," ujarnya.

Direktur Pemukiman dan Perumahan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Budi Hidayat, mengatakan masyarakat perkotaan yang sudah dilayani dengan air minum saat ini baru 23,7 persen saja. Targetnya pada 2014 jumlah ini akan meningkat menjadi 32 persen.

KARTIKA CANDRA

Berita terkait

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

3 hari lalu

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) optimistis target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada tahun ini dapat tercapai.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

3 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

5 hari lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

6 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

6 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

10 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

10 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

12 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

12 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

12 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya