Ekonom: BI Masih Akan Terus Lakukan Ekspansi Moneter  

Reporter

Editor

Rabu, 9 Desember 2009 13:30 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Analis Ekonomi PT Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengungkapkan Bank Indonesia masih terus memompa likuiditas.

Indikator moneter pada November, dia melanjutkan, menunjukkan adanya ekspansi moneter yang terlihat dari tambahan uang primer sebesar 3,3 persen (month on month). Sejak Januari juga menunjukkan pertambahan sebesar 9,4 persen (year to date).

Kebijakan moneter ekspansi ini disebabkan oleh beberapa faktor: Pertama, meningkatnya ekspansi fiskal. “Ini terlihat dari tagihan bersih kepada pemerintah yang menunjukkan kenaikan sebesar 0,28 persen,” kata Lana dalam analisis mingguan periode 7-11 Desember 2009 Samuel Sekuritas di Jakarta hari ini.

Walaupun kenaikannya tipis, dia menambahkan, tapi sesuai dengan pola fiskal menjelang akhir tahun cenderung meningkat terkait pencairan anggaran yang lebih intensif.

Secara tahunan, tagihan ini masih lebih rendah 15,5 persen (year to date) dibandingkan dengan awal tahun. “Dampak ekspansi fiskal ini akan semakin terasa dalam mempengaruhi ekspansi moneter untuk 2-3 bulan mendatang, seiring dengan meningkatnya likuiditas dari kegiatan proyek-proyek pemerintah,” ujar Lana, yang juga menjadi staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kedua, meningkatkan jumlah cadangan devisa sebesar 2 persen (month on month) atau 28 persen (year to date). “Naiknya cadangan devisa ini, membuat BI menyiapkan rupiah ketika dilakukan konversi,” katanya.

Selain itu, minat beli asing terhadap beberapa aset dalam rupiah ikut mendorong ekspansi moneter ini.

Menurut Lana, keuntungan investasi dalam rupiah masih sangat menarik. Bahkan untuk investasi dalam saham mencapai keuntungan hingga 121 persen year to data (currency adjusted), dengan jumlah neto positif mencapai US$ 1,1 miliar (per 4 Desember).

Ketiga, berkurangnya posisi operasi pasar terbuka yang sebagian besar dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia. Lana menjelaskan, terjadi penurunan outstanding operasi pasar terbuka BI sebesar 3,1 persen (month on month), walaupun sejak awal tahun masih naik 3,9 persen (year to date). “Posisi operasi pasar terbuka ini sebagian besar merupakan SBI,” katanya.

Dengan penurunan jumlah operasi pasar terbuka ini, maka implisit ada penurunan SBI. Artinya, BI mengurangi serapan likuiditasnya. Dalam lelang SBI selama November penawaran yang masuk mencapai Rp186 triliun, tapi yang diserap hanya Rp157 triliun atau sekitar 85 persen saja yang diserap BI. Sisanya, sebesar 15 persen menjadi likuiditas yang kembali ke sistem keuangan dan menyebabkan tambahan uang primer.

Lana memperkirakan, BI masih akan melakukan kebijakan moneter ekspansi tapi tidak membuat bahaya inflasi karena komponen inflasi yang bersumber dari harga-harga yang diatur pemerintah dan harga yang bergejolak relatif rendah. Kecuali untuk kemungkinan kenaikan biaya tarif dasar listrik yang diperkirakan mulai diberlakukan per 1 Januari 2010.

GRACE S GANDHI

Berita terkait

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

23 jam lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

2 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

5 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

6 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

9 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

9 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

10 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

10 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya