Setelah Deposito, BI Fokus pada Bunga Kredit

Reporter

Editor

Minggu, 30 Agustus 2009 16:30 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -Setelah berupaya menurunkan suku bunga deposito, perhatian Bank Indonesia kini tertuju pada upaya menekan suku bunga kredit perbankan yang kini masih melambung.

Pejabat sementara Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan, institusi yang dipimpinnya kini sedang mengkaji perbedaan antara suku bunga kredit dan deposito. “Kami sedang mendalami margin bank sat per satu,” ujarnya dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi media massa nasional di gedung BI, Jumat lalu.

Langkah ini dipandang perlu agar kesepakatan penurunan suku bunga deposito yang telah dicapai di antara 14 bank tidak sia-sia. “Jangan sampai bungan tabungan menurun, tapi bunga kredit tetap tinggi,” kata Darmin. “Ujung-ujungnya kan yang ingin diperbaiki adalah bunga kredit.”

Dalam kesepakatan 14 bank dicapai dua pekan lalu, para bankir sepakat untuk menurunkan bunga tabungan. Di tahap awal, bunga disepakati maksimal 150 basis point atau 1,5 persen di atas bunga patokan bank sentral, BI Rate, yang kini 6,5 persen.

Tiga bulan kemudian, bunga tabungan akan diturunkan lagi hingga 50 basis point di atas BI Rate. Ini berarti, bunga tabungan akan persis sama dengan suku bunga penjaminan pemerintah saat ini, yaitu 7 persen.

Kesepakatan itu diperlukan, karena selama ini terjadi perang bunga antarbank untuk menarik dana simpanan nasabah guna menjaga likuiditasnya. “Ada power pasar yang memojokkan bank,” ujarnya. Akibatnya, Darmin menambahkan, ada deposito yang dipatok untuk nasabah tertentu dalam jangka waktu setahun hingga 13-14 persen.

Penurunan bunga simpanan dan kredit perbankan dibutuhkan karena pergerakannya jauh lebih lambat dibandingkan penurunan BI Rate yang sudah mencapai 300 basis point alias 3 persen.

Berdasarkan data bank sentral, sejak November 2008, bunga deposito satu bulan hanya turun 1,47 persen. Respon suku bunga kredit, lebih lambat lagi, yaitu hanya 0,64 persen. “Jadi, ruang penurunan masih cukup lebar,” kata Darmin.

Meski begitu, bank sentral tidak akan mengeluarkan aturan yang mematok suku bunga. “Ini berbahaya,” ujarnya. “Akan ada bank yang tidak bisa mengikuti aturan tersebut. Bank besar pun bisa rontok.”

Ketika ditanyakan soal masih tingginya bunga surat utang negara yang dijual pemerintah, Darmin tak sepakat ini akan membuat kebijakan BI menurunkan bunga bank tak akan efektif.

Menurut Deputi Gubernur Senior BI ini, tingginya yield atau imbal hasil surat utang negara yang berjangka waktu 29 tahun, tidak bisa dibandingkan dengan suku bunga simpanan yang berjangka pendek. “Ini nggak nyambung,” ujarnya.

Dengan kata lain, tidak bakal terjadi perpindahan dana dari deposito perbankan ke surat utang negara, yang akan membuat bank-bank sulit menurunkan suku bunga. Ia pun yakin, jika lelang surat utang negara dilakukan setelah adanya kesepakatan para bankir, yield surat utang negara tidak akan lagi setinggi itu.

Pada lelang terakhir pekan lalu, pemerintah melepas dua jenis surat utang negara. SUN FR0050 bertenor 29 tahun laku dijual dengan imbal hasil 11,75 persen, sedangkan FR0052 yang berjangka waktu 21 tahun terjual dengan yield 11,62 persen. Ini berarti masih lima persen di atas BI Rate.

Metta Dharmasaputra

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

11 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya