Ini Saran LPEM UI kepada Pemerintahan Prabowo untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak

Reporter

Ellya Syafriani

Editor

Nurhadi

Senin, 21 Oktober 2024 11:42 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM UI) menyarankan agar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto fokus memperkuat penegakan hukum guna meningkatkan penerimaan pajak.

Ekonom LPEM UI, Teuku Riefky, menyoroti lemahnya penegakan hukum masih menjadi salah satu faktor utama rendahnya pemungutan pajak. “Banyak kasus menunjukkan lemahnya penegakan hukum, sehingga penerimaan pajak juga rendah. Hal-hal seperti ini yang perlu segera diperkuat,” katanya seperti dikutip dari Antara, Jumat, 18 Oktober 2024.

Penguatan penegakan hukum, kata dia, sangat penting agar potensi kebocoran pajak dapat ditekan. Langkah ini selaras dengan salah satu misi dalam Asta Cita, yakni reformasi tata kelola pemerintahan yang menekankan pada pencegahan kebocoran pendapatan negara, terutama di sektor sumber daya alam dan komoditas bahan mentah.

Selain mengatasi kebocoran, dia menekankan pemerintah juga harus memperluas pemungutan pajak dengan menyerap lebih banyak tenaga kerja ke sektor formal. “Jika tenaga kerja formal bertambah, penerimaan dari pajak penghasilan juga akan meningkat,” jelasnya.

Dia menyebut sebagian besar pekerja di Indonesia saat ini berada di sektor informal, terutama di bidang jasa dan perdagangan, yang menyulitkan upaya pemungutan pajak. “Pekerja informal lebih sulit berkontribusi pada pajak, apalagi saat daya beli masyarakat kelas menengah sedang melemah,” tambahnya.

Advertising
Advertising

Riefky juga mengingatkan agar pemerintahan mendatang lebih fokus pada peningkatan produktivitas sektor industri dan manufaktur. Menurut dia, menaikkan tarif pajak secara agresif bukan solusi yang tepat.

“Jika penerimaan pajak ingin dinaikkan, kebijakan harus diterapkan secara bertahap dan konsisten agar tidak memicu konsekuensi ekonomi yang tidak diinginkan,” tuturnya. Langkah bertahap akan menjaga stabilitas dan mengurangi risiko bagi perekonomian.

Terkait rencana pembentukan Badan Penerimaan Negara (BPN) yang sempat diusulkan Prabowo-Gibran, Riefky menilai bahwa model pemisahan fungsi penerimaan dari Kementerian Keuangan memang sudah diterapkan dengan sukses di beberapa negara. Namun, ia mengingatkan bahwa transisi pemisahan tersebut akan membutuhkan persiapan matang.

“Yang perlu diperhatikan adalah sinkronisasi antara belanja dan penerimaan negara. Selama ini semuanya dikelola di bawah Kementerian Keuangan. Ketika dipisah, bagaimana sinkronisasinya nanti menjadi tantangan tersendiri,” jelasnya.

ANTARA

Pilihan Editor: Pengamat Sebut Pemerintahan Prabowo Perlu Maksimalkan Pungutan Pajak Sektor Hiburan

Berita terkait

Jabatan Luhut Binsar Pandjaitan dalam Pemerintahan Prabowo

3 menit lalu

Jabatan Luhut Binsar Pandjaitan dalam Pemerintahan Prabowo

Luhut Binsar Pandjaitan diangkat sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional dalam pemerintahan Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

AMAN Desak Pemerintahan Prabowo Sahkan RUU Masyarakat Adat di 100 Hari Pertama

19 jam lalu

AMAN Desak Pemerintahan Prabowo Sahkan RUU Masyarakat Adat di 100 Hari Pertama

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dorong pemerintahan Prabowo Subianto sahkan RUU Masyarakat Adat

Baca Selengkapnya

MTI Harap Pemerintahan Prabowo Bisa Lanjut Benahi Infrastruktur

20 jam lalu

MTI Harap Pemerintahan Prabowo Bisa Lanjut Benahi Infrastruktur

MTI berharap pembangunan infrastruktur harus terus berlanjut di era pemerintahan baru

Baca Selengkapnya

Banyak Target Gagal Terealisasi, Jokowi: Tidak Semua Bisa Kami Kerjakan

20 jam lalu

Banyak Target Gagal Terealisasi, Jokowi: Tidak Semua Bisa Kami Kerjakan

Jokowi mengatakan berbagai persoalan yang terjadi selama masa pemerintahannya tidak seluruhnya dapat dikerjakan.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Pemerintahan Prabowo Perlu Maksimalkan Pungutan Pajak Sektor Hiburan

21 jam lalu

Pengamat Sebut Pemerintahan Prabowo Perlu Maksimalkan Pungutan Pajak Sektor Hiburan

Pemerintahan Prabowo mencanangkan dalam dokumen Asta Cita untuk melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi reformasi perpajakan

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bakal jadi Menteri Keuangan di Kabinet Prabowo, Bagaimana Arah Kebjakan Anggaran Nantinya?

1 hari lalu

Sri Mulyani Bakal jadi Menteri Keuangan di Kabinet Prabowo, Bagaimana Arah Kebjakan Anggaran Nantinya?

Sri Mulyani dikabarkan bakal kembali menjabat sebagai menteri keuangan di kepemimpinan presiden terpilih, Prabowo Subianto. Celios sebut ketegasannya bisa saja hilang

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Naik Tertinggi di Minggu Ketiga Oktober Jadi Rp 1,514 Juta per Gram

2 hari lalu

Harga Emas Antam Naik Tertinggi di Minggu Ketiga Oktober Jadi Rp 1,514 Juta per Gram

Harga emas Antam yang dipantau dari laman Logam Mulia, Sabtu, 19 Oktober 2024 menjadi Rp 1.514.000 per gram.

Baca Selengkapnya

Fakta-Fakta Calon Kabinet Prabowo: Ada Figur Publik, soal Keterwakilan Perempuan, hingga Hingga Aktivis 98

2 hari lalu

Fakta-Fakta Calon Kabinet Prabowo: Ada Figur Publik, soal Keterwakilan Perempuan, hingga Hingga Aktivis 98

Prabowo telah memanggil setidaknya 108 calon menteri, wakil menteri, hingga kepala badan yang diproyeksikan mengisi jajaran kabinetnya.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Prabowo-Gibran Perlu Perkuat Penegakan Hukum untuk Menaikkan Penerimaan Pajak

2 hari lalu

LPEM UI: Prabowo-Gibran Perlu Perkuat Penegakan Hukum untuk Menaikkan Penerimaan Pajak

LPEM UI menilai Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka perlu memperkuat penegakan hukum untuk meningkatkan penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

DJP Rilis Daftar Nomor Penipu Pajak, Apa Saja Modusnya?

3 hari lalu

DJP Rilis Daftar Nomor Penipu Pajak, Apa Saja Modusnya?

Direktorat Jenderal Pajak mengumumkan daftar nomor yang melakukan penipuan mengatasnamakan DJP.

Baca Selengkapnya