Diguyur Rp1,65 Triliun oleh Manoj Punjabi, Bisakah Kinerja Keuangan Net TV Membaik?

Senin, 14 Oktober 2024 15:21 WIB

MD Entertainment dan NET TV

TEMPO.CO, Jakarta - PT Net Visi Media Tbk atau Net TV sebentar lagi dalam rengkuhan PT MD Entertainment Tbk (FILM). Proses akuisisi oleh perusahaan milik Manoj Dhamoo Punjabi diperkirakan rampung pada Oktober 2024 ini.

Para analis memproyeksi akuisisi ini bisa memberikan angin segar bagi Net TV yang beberapa tahun terakhir mengalami kinerja keuangan yang negatif. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai kucuran dana Rp1,65 triliun dari perusahaan Manoj Punjabi lewat Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) bisa jadi katalis positif bagi Net TV.

“Guyuran dana segar ini bisa mengembalikan kepercayaan dari investor. Kita tahu laporan keuangan Net TV mengalami penurunan signifikan selama beberapa tahun terakhir,” kata Ibrahim kepada Tempo, Senin, 14 Oktober 2024.

Dalam keterangan resminya, per 30 April 2024, Net TV memiliki akumulasi kerugian dan defisiensi modal masing-masing sebesar Rp3.523.570.216.575 dan Rp596.585.361.858. Selain itu, perusahaan mengumumkan memiliki posisi total liabilitas lancar yang melampaui total aset lancarnya yakni sebesar Rp705.497.798.913.

Selain kucuran dana segar yang bisa memperbaiki kinerja keuangan perusahaan, Ibrahim berpendapat kemampuan MD Entertainment dalam memproduksi konten untuk televisi juga menjadi keuntungan tersendiri Net TV. Ia menilai warna dari rumah produksi milik Manoj Punjabi itu akan sedikit mengubah warna Net TV. Salah satunya lewat tayangan sinetron yang sejak lama menjadi andalan Manoj Punjabi.

Advertising
Advertising

“Bisa jadi Net TV akan menjadi wadah sinetron. Harus diingat masyarakat Indonesia itu senang dengan sinetron,” kata Ibrahim.

Di tengah proses akuisisi, Net TV juga sedang melakukan reverse stock atau langkah penggabungan saham untuk meningkatkan harga jualnya. Hal itu membuat harga saham emiten berkode NETV ini akan berubah, semula Rp100 per saham menjadi Rp200 per saham. Manajemen Net TV mengungkapkan langkah ini juga jadi upaya memperbaiki kinerja operasional dan keuangan perusahaan.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengungkapkan langkah reverse stock jadi upaya Net TV untuk menjaga status listing dalam perdagangan pasar modal. Pasalnya, ia menilai saham Net TV selama ini tidak terlalu likuid atau kurang menarik di perdagangan.

“Apalagi Net TV emiliki ekuitas yang negatif, sehingga tidak likuid,” kata Nafan kepada Tempo, Rabu, 9 Oktober 2024.

Nafan mengaku saat ini menempatkan saham Net TV dalam kategori not rated. Hal tersebut lantaran kinerja saham dan fundamental perusahaan yang ia rasa kurang baik.

Selain itu, ia menilai rencana reverse stock tidak selalu membuat saham emiten langsung tumbuh. Menurutnya, ada beberapa emiten yang masih tidak likuid meski sudah melakukan langkah tersebut. “Contohnya seperti FREN dan BEKS misalnya, itu tidak likuid dan berada di level 50,” ujarnya.

Sebagai informasi Fren merupakan kode untuk emiten Smartfren Telecom. Sementara BEKS adalah Bank Banten. Pada akhir perdagangan Kamis ini, saham Fren berada di level 26 sementara BEKS di level 30.

Pilihan Editor: Net TV Umumkan Pergantian Direksi dan Komisaris Baru, Manoj Punjabi Jadi Dirut

Berita terkait

Erick Thohir Rombak Direksi Bulog, Mantan Dirut PTPN IX jadi Direktur Keuangan

1 jam lalu

Erick Thohir Rombak Direksi Bulog, Mantan Dirut PTPN IX jadi Direktur Keuangan

Menteri BUMN Erick Thohir merombak susunan direksi pada Perum Bulog. Siapa saja yang dicopot?

Baca Selengkapnya

Bahlil Pangkas Perizinan Eksplorasi Migas untuk Menarik Investor

2 jam lalu

Bahlil Pangkas Perizinan Eksplorasi Migas untuk Menarik Investor

Bahlil mengatakan Kementerian ESDM mencatat dari 44.900 sumur migas yang ada di Indonesia, hanya 16.600 sumur yang aktif.

Baca Selengkapnya

Rupiah Berpotensi Menguat Awal Pekan di Rp 15.500, Berkat Proyeksi Ekonomi RI Stabil

7 jam lalu

Rupiah Berpotensi Menguat Awal Pekan di Rp 15.500, Berkat Proyeksi Ekonomi RI Stabil

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah berpotensi menguat di awal pekan.

Baca Selengkapnya

Tips Gunakan Paylater agar Tidak Boncos

20 jam lalu

Tips Gunakan Paylater agar Tidak Boncos

Jangan terhanyut penggunaan paylater yang bikin keinginan belanja lebih mudah. Kemudahan ini sering membuat masyarakat abai terhadap konsekuensinya.

Baca Selengkapnya

Dua Pertanyaan Investor IKN ke Presiden Jokowi

1 hari lalu

Dua Pertanyaan Investor IKN ke Presiden Jokowi

Presiden Jokowi sudah enteng menjawab dua pertanyaan investor IKN setelah peresmian Mayapada Hospital Nusantara.

Baca Selengkapnya

Analis: Timur Tengah Kian Memanas, Harga Emas Dunia akan Terus Naik

1 hari lalu

Analis: Timur Tengah Kian Memanas, Harga Emas Dunia akan Terus Naik

Harga emas dunia pekan depan diperkirakan masih akan terus naik. Apalagi, menurut analis Lukman Leongarga, jika Timur Tengah kian memanas.

Baca Selengkapnya

Trade Expo Indonesia Catat Transaksi USD 22,73 Miliar, Zulhas: Lampaui Target

1 hari lalu

Trade Expo Indonesia Catat Transaksi USD 22,73 Miliar, Zulhas: Lampaui Target

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas resmi menutup gelaran Trade Expo Indonesia (TEI) ke-39.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Daftar Menteri Jokowi yang Dikabarkan Lanjut di Kabinet Prabowo, Manoj Punjabi Jadi Direktur Utama Net TV

2 hari lalu

Terpopuler: Daftar Menteri Jokowi yang Dikabarkan Lanjut di Kabinet Prabowo, Manoj Punjabi Jadi Direktur Utama Net TV

Pergantian pemerintahan dari Presiden Jokowi ke Presiden Terpilih Prabowo Subianto semakin dekat. Sejumlah nama menteri Jokowi dikabarkan masih ada.

Baca Selengkapnya

Daftar Lengkap Investasi di IKN senilai Rp58 Triliun yang Belum Tembus Target Jokowi

3 hari lalu

Daftar Lengkap Investasi di IKN senilai Rp58 Triliun yang Belum Tembus Target Jokowi

Total nilai investasi di IKN masih jauh dari target Jokowi sebesar Rp 100 triliun. Apa saja daftarnya?

Baca Selengkapnya

Kemenkop UKM: 70 Persen Koperasi di Indonesia Bergerak pada Usaha Simpan Pinjam

3 hari lalu

Kemenkop UKM: 70 Persen Koperasi di Indonesia Bergerak pada Usaha Simpan Pinjam

Kemenkop UKM menyoroti masih rendahnya koperasi yang bergerak di sektor riil. Ia mengungkap, jumlah koperasi sektor riil saat ini masih di bawah 30 persen dari total jumlah koperasi aktif.

Baca Selengkapnya