Prabowo Ajak Tinggalkan Gaya Bahasa Eufemisme, Miskin Tak Perlu Disebut Prasejahtera

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 10 Oktober 2024 22:59 WIB

Menteri Pertahanan yang juga Presiden terpilih Prabowo Subianto melambaikan tangan ke arah wartawan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 25 September 2024. Prabowo Subianto menghadiri rapat terakhir sebagai Menteri Pertahanan dengan Komisi III DPR RI periode 2019-2024 yang beragendakan pengambilan persetujuan terhadap 5 RUU kerjasama bidang Pertahanan. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Prabowo Subianto mengatakan bahwa orang Indonesia pintar mencari istilah atau padanan kata yang dimaksudkan agar enak didengar. Ia memberi contoh kata prasejahtera untuk menggantikan kata miskin.

“Dia bukan miskin, dia prasejahtera. Dia sebetulnya adalah berharap meningkat ke kelas menengah, aspiring middle class, istilah ilmiahnya itu aspiring middle class, dia aspire, dia berharap ke tingkat menengah,” kata Prabowo dalam Rapat Koordinasi Nasional Legislatif PKB di Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024.


“Apa artinya kalau dia berharap ke tingkat menengah? Berarti dia belum ke tingkat menengah kan? Berarti dia miskin. Pintar aja itu,” katanya.

Dia lalu mengajak semua pihak untuk tegas menyatakan kondisi yang terjadi atau tanpa mencari istilah yang enak didengar.

“Ya bilang miskin, ya, miskin gitu loh. Enggak enak, tetapi kita sebagai pemimpin harus berani melihat itu. Kita harus berani melihat kesulitan,” katanya.

Yang disebut Prabowo adalah gaya bahasa eufemisme. Menurut KBBI, eufemisme merupakan ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, dianggap dapat merugikan atau tidak menyenangkan.

Pada masa Orde Baru, gaya bahasa ini banyak digunakan untuk menggantikan sejumlah istilah seperti kenaikan harga diganti dengan penyesuaian harga.

Penangkapan seorang tersangka, diperhalus dengan istilah 'pengamanan', atau 'mengamankan' untuk menggantikan 'menangkap'.

Gelandangan yang luntang-lantung dan meringkuk di kolong-kolong jembatan atau emperan toko dicarikan istilah yang sedikit keren, yakni kaum "tuna wisma". Demikian juga dengan seorang pelacur mendapatkan julukan yang agak berkepanjangan "wanita tuna susila" atau WTS. Masih terasa kasar, diganti lagi dengan istilah 'pekerja seks komersial' atau PSK. Namun istilah tersebut hanya sampai pada istilah dan tidak menyelesaikan penyebabnya yaitu kemiskinan.

Menurut Antara, di zaman reformasi istilah eufemisme terus digunakan bahkan oleh awak media, yang menuliskan 'polisi mengamankan demonstran yang anarkis' bukan 'polisi menangkap demonstran yang anarkis'.

Pertamina termasuk yang masih menggunakan kata 'penyesuaian harga' untuk mengumumkan kenaikan harga BBM. Tapi uniknya, ketika mengumumkan penurunan harga BBM pun, mereka masih menggunakan kata 'penyesuaian harga' padahal kabar itu menggembirakan masyarakat.

Pilihan Editor
Seluk-beluk Makan Bergizi Gratis, Apakah Dua Kali Sehari?



Advertising
Advertising

Berita terkait

Prabowo Minta Pejabat di Pemerintahannya Kelak Tak Memperhalus Bahasa: Kalau Miskin, Bilang Miskin

4 jam lalu

Prabowo Minta Pejabat di Pemerintahannya Kelak Tak Memperhalus Bahasa: Kalau Miskin, Bilang Miskin

Prabowo mengatakan sudah saatnya semua pihak berkata sesuai kondisi yang terjadi tanpa mencari istilah yang sedap didengar.

Baca Selengkapnya

Kabinet Gemuk Prabowo Jadi Sorotan Media Asing

5 jam lalu

Kabinet Gemuk Prabowo Jadi Sorotan Media Asing

Media asing menyoroti bengkaknnya jumlah menteri di kabinet baru yang dipimpin presiden terpilih Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

PKB Minta Prabowo Naikkan Gaji dan Tunjangan Anggota DPRD

6 jam lalu

PKB Minta Prabowo Naikkan Gaji dan Tunjangan Anggota DPRD

Cak Imin memastikan rencana Prabowo mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen akan terwujud melalui kinerja DPRD di daerah.

Baca Selengkapnya

Jokowi Emoh Buka Isi Pertemuan dengan Prabowo: Kalau Saya Ceritakan 2,5 Jam

6 jam lalu

Jokowi Emoh Buka Isi Pertemuan dengan Prabowo: Kalau Saya Ceritakan 2,5 Jam

Presiden Jokowi mengatakan banyak yang dibahas dengan Presiden terpilih Prabowo dalam pertemuan dua hari lalu.

Baca Selengkapnya

Luhut Kembali Sarankan Prabowo Tak Memilih Orang Toxic Masuk Pemerintahan

6 jam lalu

Luhut Kembali Sarankan Prabowo Tak Memilih Orang Toxic Masuk Pemerintahan

Luhut berujar telah menyarankan pada Prabowo agar tidak memilih orang toxic masuk pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Satgas Perumahan Prabowo Beri Sinyal Pembentukan Kemenko Infrastruktur dalam Kabinet Baru

6 jam lalu

Satgas Perumahan Prabowo Beri Sinyal Pembentukan Kemenko Infrastruktur dalam Kabinet Baru

Anggota Satgas Perumahan Presiden Terpilih Bonny Z. Minang memberi sinyal presiden terpilih Prabowo Subianto akan membentuk Kementerian Koordinator Infrastruktur untuk mendukung sektor pekerjaan umum dan infrastruktur.

Baca Selengkapnya

Beredar Nama-nama Kementerian Kabinet Prabowo, Ada 46 Termasuk 5 Kemenko

6 jam lalu

Beredar Nama-nama Kementerian Kabinet Prabowo, Ada 46 Termasuk 5 Kemenko

Alat Kelengkapan Dewan yang terdiri atas 13 komisi dan Badan Anggaran beserta mitranya di pemerintahan Prabowo beredar di kalangan media di DPR

Baca Selengkapnya

Prabowo Minta Partai Koalisi TIdak Gunakan Posisi Menteri untuk Keruk APBN

7 jam lalu

Prabowo Minta Partai Koalisi TIdak Gunakan Posisi Menteri untuk Keruk APBN

Prabowo Subianto meminta partai politik koalisinya yang mendapatkan jabatan menteri tidak memanfaatkan posisi tersebut untuk mengeruk APBN.

Baca Selengkapnya

Prabowo Sebut Makan Siang Bergizi Akan Ada di Pesantren

8 jam lalu

Prabowo Sebut Makan Siang Bergizi Akan Ada di Pesantren

Prabowo Subianto menyebutkan program makan bergizi gratis juga akan disalurkan ke pesantren-pesantren.

Baca Selengkapnya

Terkini: Prabowo Pegang Data Perusahaan Nakal yang Bikin Penerimaan Negara Bocor, Sri Mulyani Diajak Basuki Hadimuljono Duet

8 jam lalu

Terkini: Prabowo Pegang Data Perusahaan Nakal yang Bikin Penerimaan Negara Bocor, Sri Mulyani Diajak Basuki Hadimuljono Duet

Presiden terpilih Prabowo Subianto disebut memegang data ratusan perusahaan nakal yang membuat penerimaan negara mengalami kebocoran hingga Rp 300 T.

Baca Selengkapnya