Mengenal Bioetanol, Bahan Bakar Nabati Pengganti Bensin yang Sedang Disiapkan Pemerintah

Kamis, 11 Juli 2024 10:00 WIB

Petugas menunjukkan sampel bahan bakar minyak (BBM) B-20, B-30, dan B-100 di Jakarta, Selasa, 26 Februari 2019. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, bahwa Indonesia dapat menggunakan campuran dari bahan nabati seperti minyak sawit dalam solar hingga 100 persen atau biodiesel 100 (B-100) pada tiga tahun mendatang. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana melakukan pembatasan BBM bersubsidi termasuk bensin di masyarakat. Selain mengurangi beban anggaran subsidi, rencana itu diklaim bertujuan untuk mengurangi polusi. Sebagai solusinya, pemerintah sedang menyiapkan bahan bakar nabati yang diklaim lebih ramah lingkungan dari pada bahan bakar minyak berbahan fosil.

Ada banyak jenis bahan bakar nabati. Yang disebut-sebut pemerintah saat ini adalah bioetanol. Pemerintah akan mendorong penggunaan bioetanol sebagai pengganti bensin. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, bioetanol bisa mengurangi polusi karena memiliki kandungan sulfur yang jauh lebih rendah dari BBM.

"Sulfur (pada bensin) ini sampai 500 ppm. Kita mau sulfur 50 ppm. Ini sedang diproses, dikerjakan Pertamina," ujar Luhut melalui unggahan di akun Instagram @luhut.pandjaitan, pada Selasa, 9 Juli 2024.

Bioetanol adalah jenis bahan bakar yang diperoleh melalui proses fermentasi biologis dari bahan organik, terutama tanaman yang kaya karbohidrat seperti jagung, tebu, sorgum, dan tanaman lainnya. Proses fermentasi ini mengubah gula dalam tanaman menjadi etanol, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin kendaraan.

Bioetanol dikenal sebagai bahan kimia yang ramah lingkungan karena dibuat dari bahan-bahan alam, baik yang dapat dimakan (edible) maupun yang tidak dapat dimakan (non-edible). Pembakaran bioetanol menghasilkan CO2 yang dapat digunakan kembali oleh tanaman, sehingga bioetanol berpotensi menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Advertising
Advertising

Bioetanol yang dihasilkan melalui fermentasi dapat memiliki berbagai tingkat kadar. Bioetanol dengan kadar antara 90-94 persen disebut bioetanol tingkat industri. Jika kadar bioetanol mencapai 94-99,5 persen, disebut sebagai bioetanol tingkat netral, yang umumnya digunakan dalam campuran minuman keras. Sedangkan bioetanol dengan kadar minimal 99,5 persen disebut bioetanol tingkat bahan bakar, yang memiliki tingkat kemurnian yang sangat tinggi dan cocok untuk digunakan sebagai bahan bakar.

Untuk menyiapkan kebutuhan bahan pembuatnya, Presiden Jokowi telah membentuk Satgas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Kepala Negara menunjuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebagai ketua satgas ini. Salah satu tugas utama satgas adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi permasalahan, serta mengumpulkan data dan dokumen yang diperlukan untuk mempercepat swasembada gula dan bioetanol.

Keunggulan Bioetanol

Penggunaan etanol sebagai bahan bakar memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bahan bakar minyak (BBM). Berikut adalah beberapa keunggulan utamanya:

1. Kandungan Oksigen yang Tinggi

Etanol memiliki kandungan oksigen sebesar 35 persen, sehingga saat dibakar menghasilkan pembakaran yang sangat bersih.

2. Ramah Lingkungan

Etanol lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas karbon monoksida yang lebih rendah, yaitu sekitar 19-25 persen lebih rendah dibandingkan BBM. Hal ini berarti etanol tidak memberikan kontribusi signifikan pada peningkatan konsentrasi karbondioksida di atmosfer, dan sumbernya dapat diperbarui.

3. Angka Oktan Tinggi

Etanol memiliki angka oktan yang cukup tinggi, yang meningkatkan stabilitas proses pembakaran. Hal ini menghasilkan daya yang lebih stabil dan efisiensi pembakaran yang lebih baik.

4. Pengurangan Emisi Gas Karbon Monoksida

Campuran bioetanol hanya sebesar 3 persen sudah mampu menurunkan emisi gas karbon monoksida menjadi hanya 1,3 persen. Ini menunjukkan bahwa etanol dapat membantu mengurangi polusi udara dengan mengurangi emisi gas beracun selama proses pembakaran.

Penerapan etanol sebagai alternatif bahan bakar dapat berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim dan menjaga kualitas udara yang lebih baik, sambil mendukung kemandirian energi dengan menggunakan sumber daya yang dapat diperbarui.

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | YOLANDA AGNE | RIRI RAHAYU

Pilihan Editor: Pemerintah Bakal Gantikan Bensin dengan Bioetanol, Luhut: Hemat Anggaran Kesehatan Rp38 Triliun

Berita terkait

Mahasiswa UGM Buat Semen dari Cangkang Kerang, Bisa Hentikan Kerusakan Lingkungan?

2 hari lalu

Mahasiswa UGM Buat Semen dari Cangkang Kerang, Bisa Hentikan Kerusakan Lingkungan?

Semen rupanya bisa dibuat dari cangkang kerang.

Baca Selengkapnya

Kejar Target Nol Emisi, Pertamina International Shipping Dorong Kapal Dual Fuel dan Bahan Bakar Hijau

6 hari lalu

Kejar Target Nol Emisi, Pertamina International Shipping Dorong Kapal Dual Fuel dan Bahan Bakar Hijau

Komitmen itu dibuktikan dengan menambah armada baru yang berteknologi dual fuel dan penggunaan bahan bakar hijau yang ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

B. Braun Luncurkan Infus Pereda Nyeri dan Pereda Panas Ramah Lingkungan

6 hari lalu

B. Braun Luncurkan Infus Pereda Nyeri dan Pereda Panas Ramah Lingkungan

B. Braun Indonesia meluncurkan cairan infus pereda nyeri dan penurun panas yang diklaim ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Ancaman Badai Milton, Warga Florida Kehabisan Bahan Bakar

8 hari lalu

Ancaman Badai Milton, Warga Florida Kehabisan Bahan Bakar

Warga Florida saat ini sedang bersiap menghadap badai Milton yang diproyeksi kekuatannya bisa sampai menyebabkan tanah longsor

Baca Selengkapnya

Mengenal Tumbuhan Indigofera, Alternatif Biomassa yang Ramah Lingkungan dan Punya NIlai Jual

19 hari lalu

Mengenal Tumbuhan Indigofera, Alternatif Biomassa yang Ramah Lingkungan dan Punya NIlai Jual

Saat ini mengganti sebagian bahan bakar batu bara dengan biomassa sangat potensial diterapkan di Indonesia, salah satunya menggunakan indigofera.

Baca Selengkapnya

Polemik Proyek Food Estate Merauke Prabowo dan Jokowi, Ekonom: Menyimpan Risiko Besar

24 hari lalu

Polemik Proyek Food Estate Merauke Prabowo dan Jokowi, Ekonom: Menyimpan Risiko Besar

Food estate Merauke telah menjadi proyek unggulan Prabowo sejak menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Bagaimana kelanjutan PSN ini?

Baca Selengkapnya

LamiPak Kenalkan Kemasan Aseptik Ramah Lingkungan

24 hari lalu

LamiPak Kenalkan Kemasan Aseptik Ramah Lingkungan

PT Lami Packaging Indonesia (LamiPak Indonesia) memperkenalkan produk kemasan aseptik ramah lingkungannya di Pameran Propak berskala internasional

Baca Selengkapnya

Ledakan Truk Tangki Haiti, Lebih dari 15 Orang Tewas dan 40 Terluka

33 hari lalu

Ledakan Truk Tangki Haiti, Lebih dari 15 Orang Tewas dan 40 Terluka

Korban luka diangkut ke rumah sakit setelah ledakan terjadi di dekat Miragoane di wilayah Nippes selatan Haiti, kata para pejabat.

Baca Selengkapnya

Peneliti ITB Pakai Olahan Getah Pinus dan Sawit untuk Marka Jalan Tol, Begini Tampilannya

34 hari lalu

Peneliti ITB Pakai Olahan Getah Pinus dan Sawit untuk Marka Jalan Tol, Begini Tampilannya

ITB dan sejumlah entitas menjajal pemakaian bahan dari getah pinus gondorukem dan gliserol untuk marka garis jalan tol.

Baca Selengkapnya

Ramah Lingkungan, Kerajinan Songket Binaan PT Bukit Asam Gunakan Pewarna Alami

37 hari lalu

Ramah Lingkungan, Kerajinan Songket Binaan PT Bukit Asam Gunakan Pewarna Alami

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berkomitmen mendukung pengembangan songket lewat Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) Songket.

Baca Selengkapnya