Rupiah Melemah Sektor Ekonomi Terancam, HIPMI Sarankan Pemerintah Lakukan Hal-hal Ini
Reporter
Ikhsan Reliubun
Editor
Grace gandhi
Sabtu, 6 Juli 2024 11:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau BPP HIPMI, Anggawira, menyatakan melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada sejumlah sektor ekonomi di Indonesia. Sejumlah sektor industri terkena imbas akibat kurs dolar Amerika Serikat (dolar AS) meningkat.
Anggawira menyebutkan di antaranya impor dan perdagangan. Menurut dia, sektor ini paling terkena dampak karena barang impor menjadi lebih mahal. "Ini termasuk bahan baku dan barang modal yang penting untuk industri domestik," kata dia, saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan pada Jumat malam, 5 Juli 2024.
Imbas itu menyasar juga ke sektor energi dan bahan bakar. Anggawira mengatakan, sebagian besar energi, terutama bahan bakar, diimpor. Pelemahan rupiah akan meningkatkan biaya impor energi, yang kemudian dapat meningkatkan biaya produksi dan transportasi.
Selanjutnya sektor manufaktur. Industri tersebut bergantung pada bahan baku impor akan mengalami peningkatan biaya produksi. Bertambahnya biaya produksi, kata Tim Ahli Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ini, dapat mengurangi margin keuntungan dan daya saing produk di pasar internasional.
Sektor lain yang terkena imbas adalah transportasi dan logistik. Menurut Anggawira, biaya operasional sektor ini dapat meningkat karena kenaikan harga bahan bakar dan komponen impor lainnya. Juga sektor pariwisata, kata dia, meski wisatawan domestik lebih cenderung berlibur di dalam negeri karena mahalnya biaya berlibur ke luar negeri. "Sektor ini harus memperhatikan harga tiket pesawat dan jasa wisata mungkin naik," tutur Anggawira.
Sektor lain yang terdampak dari melemahnya rupiah adalah perbankan dan keuangan. Dia menjelaskan, fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi stabilitas keuangan perusahaan dan kemampuan mereka membayar utang dalam mata uang asing.
Akibat melemahnya nilai rupiah dan berdampak ke sejumlah sektor ekonomi tersebut, Anggawira mengatakan pemerintah perlu menempuh sejumlah langkah. Pertama, intervensi pasar valuta asing. "Bank sentral dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar rupiah," ucap Anggawira.
Selanjutnya: Berikutnya, Anggawira menyarankan, meningkatkan cadangan devisa....
<!--more-->
Berikutnya, Anggawira menyarankan, meningkatkan cadangan devisa. Memperkuat cadangan devisa dapat membantu memberikan stabilitas dan kepercayaan pasar terhadap kemampuan negara dalam memenuhi kewajiban valuta asing. Solusi lainnya adalah diversifikasi ekonomi. Mengurangi ketergantungan pada impor dengan mendorong produksi dalam negeri dan ekspor dapat membantu mengurangi dampak pelemahan rupiah.
Selain itu, dia menjelaskan, pengendalian inflasi. Ia mengatakan memastikan inflasi tetap terkendali melalui kebijakan moneter dan fiskal yang tepat dapat membantu menjaga daya beli masyarakat. Berikutnya mendorong investasi asing. Meningkatkan iklim investasi untuk menarik investasi asing langsung (FDI), katanya, dapat membantu meningkatkan aliran masuk devisa.
Terakhir, Anggawira mengatakan pengelolaan utang. Menurut dia, mengelola utang luar negeri dengan bijak dan mempertimbangkan penggunaan instrumen keuangan yang dapat melindungi dari fluktuasi nilai tukar.
"Dengan langkah-langkah ini, pemerintah dapat membantu mengurangi dampak negatif dari pelemahan rupiah dan menjaga stabilitas ekonomi," ucap Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batubara itu.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, mata uang rupiah ditutup menguat 52 poin terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat, 5 Juli 2024. Walau sebelumnya, rupiah sempat menguat 55 poin di level Rp 16.277 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.330.
"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif. Namun ditutup menguat di rentang Rp 16.220 - Rp 16.320," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat, 5 Juli 2024.
Menurut Ibrahim, indeks rupiah dan dolar berjangka merosot ke posisi terendah dalam tiga minggu terakhir, perdagangan yang sepi karena libur. Dia mengatakan sementara meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga melemahkan greenback. Fokus saat ini tertuju pada data utama nonfarm payrolls untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai suku bunga.
Pilihan Editor: Resmi Luncurkan wondr, Dirut BNI: Mobile Banking Lama akan Ditutup