Harga Emas Berpotensi Naik Usai Presiden Iran Tewas, Apa Saran buat Investor?
Reporter
Annisa Febiola
Editor
Grace gandhi
Selasa, 21 Mei 2024 14:08 WIB
![](https://statik.tempo.co/data/2019/01/26/id_814934/814934_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer, menyebut harga emas berpotensi naik cukup besar. Salah satu sentimennya adalah imbas insiden yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Senin, 20 Mei 2024. Meskipun, harga emas pagi ini cenderung mengalami penurunan. Namun, kata Fischer, situasi ini masih bisa dimanfaatkan oleh investor yang menyukai analisis jangka pendek.
Hari ini, harga emas mencapai rekor tertinggi dalam perdagangan di Asia. Spot gold naik hampir 1 persen ke level tertinggi US$ 2.440,56 per troy ons. Sementara itu, gold futures yang akan berakhir pada bulan Juni mencapai rekor tertinggi US$ 2.444,55 per troy ons.
"Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, pasca kecelakaan helikopter yang melibatkan Presiden Iran. Situasi ini menambah permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven," kata dia dalam keterangan tertulis pada Selasa, 21 Mei 2024.
Selain emas, harga logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan. Platinum futures naik 0,2 persen menjadi US$ 1.096,5 per troy ons, sementara silver futures melonjak 3,2 persen ke level tertinggi lebih dari 11 tahun di level US$ 32,285 per troy ons.
"Kenaikan harga logam-logam ini didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga AS tahun ini serta meningkatnya permintaan dan pasokan yang lebih ketat, terutama pada logam industri," kata Fischer.
Secara keseluruhan, meskipun ada potensi penurunan harga emas dalam jangka pendek, namun menurut Fischer, faktor-faktor geopolitik dan kebijakan moneter global tetap memberikan dukungan terhadap harga emas. Dia mengimbau investor tetap waspada dan memerhatikan perkembangan yang ada.
"Investor diharapkan tetap waspada dan mempertimbangkan analisis jangka pendek untuk mengantisipasi volatilitas pasar yang tinggi."
Selanjutnya: Menurut Fischer, kecelakaan yang melibatkan Presiden Iran menimbulkan spekulasi....
<!--more-->
Menurut Fischer, kecelakaan yang melibatkan Presiden Iran menimbulkan spekulasi adanya keterlibatan pihak-pihak tertentu, termasuk Israel. Jika terbukti ada hubungan dengan Israel, kata Fischer, maka harga emas diperkirakan akan melonjak kembali. Hal ini didorong oleh ketidakpastian politik dan permintaan aset safe haven.
"Ketidakstabilan di Timur Tengah sering kali mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas. Ketegangan yang meningkat, termasuk potensi konflik antara Israel dan Iran serta situasi militer antara Rusia dan Ukraina, menambah tekanan pada pasar," tutur Fischer.
Faktor lain yang mendukung harga emas adalah ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed. Data inflasi AS yang lemah untuk bulan April telah meningkatkan harapan bahwa bank sentral akan mulai memangkas suku bunga paling cepat September tahun ini. Ekspektasi ini telah mendorong reli yang lebih luas di pasar logam mulia, termasuk emas.
Selain itu, Fischer juga menyoroti ketakutan terhadap kemungkinan pecahnya Perang Dunia III akibat kecelakaan tersebut menjadi perhatian utama investor. Jika ketegangan meningkat dan ada bukti keterlibatan Israel, harga emas diprediksi akan kembali naik signifikan.
"Namun, untuk saat ini, pasar masih dalam fase penyelidikan dan menunggu perkembangan lebih lanjut dari situasi ini."
Fischer menggunakan metode candlestick dan trendline untuk memprediksi pergerakan harga emas. Meskipun belum ada berita signifikan yang muncul hari ini, namun Fischer menyebut pola candlestick menunjukkan potensi koreksi.
"Tren emas yang sebelumnya berada dalam kondisi bullish yang kuat, sekarang perlu diwaspadai karena adanya tanda-tanda penurunan."
Pilihan Editor: Dikabarkan Gantikan Sri Mulyani di Pemerintahan Prabowo, Ini Tanggapan Tiko