Konflik TikTok dengan AS Makin Panas: ByteDance Mau Jual?

Jumat, 26 April 2024 10:15 WIB

Logo TikTok terlihat di smartphone di depan logo ByteDance yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 27 November 2019. [REUTERS / Dado Ruvic / Illustration / File Photo]

TEMPO.CO, Jakarta - ByteDance, pemilik TikTok, dikabarkan lebih memilih menutup aplikasi tersebut daripada menjualnya jika mereka kehilangan opsi hukum untuk melawan legislasi yang akan melarang platform tersebut dari toko aplikasi di Amerika Serikat. Menurut empat sumber yang dilaporkan, algoritma yang digunakan oleh TikTok dianggap sebagai inti dari operasi keseluruhan ByteDance, sehingga menjual aplikasi tanpa algoritma tersebut dianggap sangat tidak mungkin.

Meskipun TikTok hanya menyumbang sebagian kecil dari total pendapatan dan pengguna aktif harian ByteDance, induk perusahaan lebih memilih untuk menutup aplikasi tersebut di AS daripada menjualnya kepada calon pembeli Amerika. Para sumber juga menyatakan bahwa penutupan tersebut tidak akan memiliki dampak besar pada bisnis ByteDance, sementara perusahaan tidak perlu menyerahkan algoritma intinya.

Terkait dengan legislasi yang diusulkan, Senat Amerika Serikat telah memberikan waktu sembilan bulan kepada ByteDance untuk menjual TikTok. CEO TikTok, Shou Zi Chew, mengatakan perusahaan berharap untuk memenangkan tantangan hukum untuk memblokir legislasi yang akan melarang aplikasi tersebut.

Algoritma yang digunakan oleh TikTok dianggap tidak dapat dijual karena terikat dengan ByteDance di China, dan memisahkan algoritma dari aset TikTok di AS dianggap sebagai prosedur yang sangat rumit. Selain itu, ByteDance tidak akan setuju untuk menjual algoritma tersebut kepada pesaing.

Meskipun sejumlah investor telah menunjukkan minat dalam membeli TikTok, ByteDance mungkin akan kesulitan menarik pembeli untuk aset TikTok di AS yang tidak termasuk algoritma. Pada Desember, ByteDance dinilai sebesar $268 miliar saat menawarkan untuk membeli kembali saham dari investor.

Advertising
Advertising

TikTok Hadapi Potensi Larangan di AS, Nasib yang Pernah Dialami Raksasa Media Sosial AS di China
TikTok kini menghadapi potensi larangan di Amerika Serikat, nasib yang sama dengan beberapa raksasa media sosial AS yang sebelumnya mencoba masuk ke China.

Pada Maret 2024, Dewan Perwakilan Rakyat AS meloloskan RUU yang bisa melarang TikTok di negara itu jika ByteDance, pemiliknya yang berasal dari Cina, tidak menjual aplikasi tersebut ke entitas yang disetujui pemerintah AS.

"RUU yang diloloskan oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS menempatkan AS pada posisi yang berlawanan dengan prinsip persaingan yang sehat dan aturan ekonomi serta perdagangan internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam pengarahan pada hari Maret 2024.

Namun, aplikasi-aplikasi AS sudah lama diblokir di China. Pemerintah China saat ini memblokir sebagian besar platform media sosial AS–termasuk Google, YouTube, Twitter, Instagram, WhatsApp, dan Facebook–karena mereka menolak mengikuti aturan pemerintah China tentang pengumpulan data dan jenis konten yang dibagikan.

Pada tahun 2010, Google hengkang dari China daratan setelah beroperasi di sana selama empat tahun. Google menyatakan pada saat itu bahwa mereka tidak lagi mau melanjutkan penyensoran hasil pencarian di Google.cn, dengan alasan peretasan yang berasal dari China yang menargetkan mereka dan perusahaan AS lainnya.

Lebih dari 10 tahun setelah pengunduran diri yang terkenal itu, situasinya berbalik, meskipun kondisinya tidak sepenuhnya sama.

"RUU TikTok kemungkinan besar akan menjadi undang-undang dan ketidaksenangan China terkesan ironis, jika tidak munafik, mengingat sikap mereka terhadap aplikasi sosial Amerika," kata Brock Silvers, direktur pelaksana di Kaiyuan Capital.

Ditanya tentang sikap China terhadap aplikasi AS, Wang mengatakan "ini sama sekali berbeda" dan "Anda dapat dengan jelas melihat apa yang disebut intimidasi dan logika preman."

Sekarang fokusnya beralih ke Senat AS, di mana banyak anggota parlemen mengatakan mereka masih mengevaluasi undang-undang tersebut. Presiden Joe Biden telah menyatakan akan menandatangani RUU itu jika sampai ke mejanya.

Pejabat dan legislator AS telah lama menyatakan kekhawatiran tentang potensi risiko keamanan nasional dari TikTok, termasuk kemungkinan bahwa TikTok dapat berbagi data dengan pemerintah China, atau memanipulasi konten yang ditampilkan di platform. Namun, TikTok telah membantah klaim tersebut.

Algoritma TikTok, yang membuat pengguna betah menggunakan aplikasi, diyakini menjadi kunci keberhasilannya. Algoritma tersebut memberikan rekomendasi berdasarkan perilaku pengguna, dengan demikian menampilkan video yang mereka sukai dan ingin tonton.

"Mahkota permata TikTok, yakni algoritma AI mereka, akan membawa perusahaan tersebut ke dalam tarik-menarik hukum," kata Winston Ma, dosen tamu di Fakultas Hukum Universitas New York, menambahkan bahwa ByteDance tunduk pada undang-undang Cina yang mengharuskannya untuk mendapatkan persetujuan Beijing sebelum menjual teknologi canggih.

Aplikasi Lain Terkena Imbas?

Jika TikTok pada akhirnya dilarang, lebih banyak aplikasi milik China di AS mungkin menjadi target selanjutnya, menurut Alex Capri, peneliti di Hinrich Foundation dan dosen di Sekolah Bisnis National University of Singapore.

"Episode terbaru dengan TikTok ini menggarisbawahi perlunya kerangka regulasi yang jauh lebih kuat di AS untuk mengatasi masalah eksistensial yang ditimbulkan oleh perusahaan teknologi besar secara umum," katanya, dikutip dari laman edition.cnn.com.

Beberapa aplikasi dari pengembang China yang populer di AS App Store atau Google Play termasuk peritel budget Temu dan Shein, serta aplikasi edit video singkat Capcut, yang juga dimiliki oleh ByteDance.

"Undang-undang ini menandai momen penting dalam pertempuran yang sedang berlangsung untuk mengontrol ruang opini publik yang baru muncul, memperdalam kontestasi geopolitik antara China dan AS," kata Craig Singleton, peneliti senior China di Foundation for Defense of Democracies yang non-partisan di Washington, DC

Pilihan Editor: AS Larang TikTok, Perlawanan ByteDance Sampai daftar Negara yang Mencoret Aplikasi Top Itu

Berita terkait

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

9 jam lalu

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

Amerika Serikat mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui dermaga terapung buatannya di lepas pantai Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

1 hari lalu

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

Rancangan undang-undang penerbangan yang ditanda-tangani Joe Biden diharapkan bisa meningkatkan kualitas di sejumlah sektor.

Baca Selengkapnya

Viral Calon Pekerja Dites Tinggi Badan, Netizen: Di Dunia Kerja yang Dibutuhkan Skill

1 hari lalu

Viral Calon Pekerja Dites Tinggi Badan, Netizen: Di Dunia Kerja yang Dibutuhkan Skill

Viral video memperlihatkan ratusan calon pekerja diukur dan di tes tinggi badan secara langsung.

Baca Selengkapnya

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

1 hari lalu

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

26 perusahaan kapas asal Cina tak bisa melakukam impor ke Amerika Serikat karena diduga melakukan kerja paksa ke minoritas warga Uighur.

Baca Selengkapnya

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

1 hari lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

1 hari lalu

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

RUU tersebut diperkirakan tidak akan menjadi undang-undang, tetapi lolosnya beleid itu di DPR AS menunjukkan kesenjangan pada tahun pemilu soal Israel

Baca Selengkapnya

Cara Daftar Gratis Ongkir TikTok Shop untuk Penjual

1 hari lalu

Cara Daftar Gratis Ongkir TikTok Shop untuk Penjual

Ketahui cara daftar gratis ongkir TikTok Shop berikut ini. Cara ini cukup menguntungkan untuk menarik pembeli. Berikut ini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Ciptakan Sistem Deteksi Kardiovaskular, Peneliti Indonesia Sabet Penghargaan University of Manchester

1 hari lalu

Ciptakan Sistem Deteksi Kardiovaskular, Peneliti Indonesia Sabet Penghargaan University of Manchester

Peneliti dari Indonesia mengembangkan alat deteksi penyakit kardiovaskular. Cocok dipakai untuk tenaga medis di daerah pedesaan.

Baca Selengkapnya

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

2 hari lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

2 hari lalu

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

Seorang anggota Kongres AS mendorong resolusi yang mengakui peristiwa Nakba dan hak pengungsi Palestina.

Baca Selengkapnya