Ekonom Kritik Pasar Murah Pemerintah, Hanya Parasetamol Inflasi Pangan

Reporter

Desty Luthfiani

Editor

Khairul anam

Kamis, 21 Maret 2024 17:15 WIB

Warga membeli minyak goreng yang dijual dalam operasi Pasar Pangan Rakyat Murah dan Aman (Pak Rahman) di Kecamatan Candisari, Semarang, Jawa Tengah, Kamis 7 Maret 2024. Pemkot Semarang bersama Bulog setempat menggelar program operasi pasar murah Pak Rahman secara rutin di sejumlah titik sebagai upaya pengendalian harga pangan terutama beras jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yakni bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mendatang. ANTARA FOTO/Makna Zaezar

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law, Bhima Yudhistira, mengkritik langkah pemerintah pusat dan daerah yang menggelar pasar murah untuk menekan laju kenaikan harga bahan pangan.

“Pasar murah itu tudak efektif sama sekali. Cuma solusi temporer,” kata Bhima saat dihubungi pada Kamis, 21 Maret 2024.

Bhima mengatakan pasar murah hanya berlangsung sebentar. Setelah selesai masyarakat akan membeli barang dengan harga yang cenderung malah lebih mahal.

“Masalah berikutnya adalah pasar murah tidak bisa menjangkau seluruh rumah tangga yang berdampak kenaikan harga pangan,” ucapnya.

Bhima menganalogikan pasar murah sebagai obat parasetamol.

Advertising
Advertising

“Cuma redakan demam inflasi pangan, penyakit utamanya tidak diselesaikan,” tuturnya.

Bhima menyarankan agar pemernintah memberikan subsidi ke petani. Termasuk pemerintah daerah yang harus membantu memastikan pupuk subsidi tersedia, irigasi diperbaiki, dan sumur disiapkan.

"Kemudian lindungi dari tengkulak yang ambil marjin terlalu besar dari petani,” paparnya.

Peran Pemda, kata Bhima, juga mencakup pengawasan distribusi barang. Jalan diperbaiki dari penggilingan sampai pasar.

“Itu tugas Pemda,” ucapnya.

Sebelumnya Pemerintah Provinsi Sumatra Utara berupaya menekan laju inflasi dengan cara menggelar pasar murah, gerakan menanam sayur dan cabai serta mudik gratis. Penjabat Gubernur Sumut Hassanudin dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah bersama Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan inflasi Sumut pada Februari 2024 secara year on year (y-on-y) sebesar 2,5 persen. Sumut masuk sepuluh provinsi dengan inflasi terendah nasional, sedangkan inflasi nasional saat ini mencapai 2,75 persen.

Mendagri Tito Karnavian mengatakan, permasalahan inflasi harus dijadikan atensi karena sangat penting untuk menjaga situasi ekonomi dan membantu masyarakat. Katanya, inflasi di Februari 2,75 persen (Y-o-Y) naik dibanding Januari yang 2,57 persen.

Kenaikan ini perlu diimbangi dengan kemampuan daya beli masyarakat. Salah satu upaya pemerintah memperkuat daya beli dengan program bantuan sosial prakerja.

“Kita harus bersyukur pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5 persen, diakui dunia pertumbuhan ekonomi kita bagus,” kata Tito.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Sumut I Gede Putu Wira mengatakan, ada beberapa komoditas penyumbang inflasi di Sumut termasuk beras, daging ayam dan cabai merah. Dia rekomendasi agar mengoptimalisasi pasar murah, memanfaatkan fasilitasi distribusi pangan, pemberian subsidi ongkos distribusi pangan dan inspeksi mendadak ke pasar.

Pilihan Editor: Heru Budi Akan Kembangkan Food Estate di Kepulauan Seribu: Kaya Potensi Ikan

Berita terkait

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

1 hari lalu

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

Menteri TIto Karnavian meminta kepala daerah memerhatikan inflasi di daerahnya masing-masing.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

4 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

4 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

5 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

5 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

5 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

5 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

6 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

8 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut

8 hari lalu

Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengklaim sejumlah harga pangan telah berangsur normal. Yang mahal tinggal gula pasir.

Baca Selengkapnya