Ombudsman RI Minta Bansos Pangan Diperpanjang: Masih Banyak Warga Miskin

Reporter

Annisa Febiola

Editor

Agung Sedayu

Jumat, 15 Maret 2024 21:32 WIB

Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tengah mengantri bantuan sosial (bansos) pangan di Kantor Pos Tanjung Priok, Jakarta, Selasa 19 September 2023. Sebanyak 1415 bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras 10 kg disalurkan untuk kelurahan Tanjung Priok. Penyaluran bansos beras itu dilakukan selama tiga bulan berturut-turut dan setiap KPM akan menerima 30 kg beras. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika berharap pemerintah terus memberikan bantuan atau bansos pangan bagi warga miskin. Menurut dia, pemerintah wajib menjamin ketersediaan pangan di tingkat warga miskin.

Dia menyebut, bansos pangan mestinya ada setiap bulan, setiap tahun, sepanjang masih ada warga miskin di Indonesia. Menurut Yeka, itulah salah satu bentuk pelayanan publik dari pemerintah kepada warga miskin.

"Maka sepanjang Republik ini berdiri, sepanjang masih ada warga miskin, setiap bulan pemerintah harus menyalurkan bantuan pangan buat warga miskin," ujarnya di Gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta pada Jumat, 15 Maret 2024.

Program bansos pangan, tutur Yeka, juga sebagai bentuk kehadiran negara untuk menjamin harga di tingkat petani.

Dia menambahkan, itu pulalah tugas Perum Bulog untuk memanajemen stok. Konsekuensi dari manajemen stok, mengharuskan ada keluaran. Jika tidak, stok akan meledak dan nanti berujung pada busuknya beras.

Advertising
Advertising

Bila dikaji secara anggaran, kata Yeka, sebetulnya tidak masalah. Pasalnya, pemerintah selalu mengadakan program bantuan pangan dari tahun ke tahun, sejak zaman Presiden Soeharto.

Namun, dia menyayangkan inkonsistensi pemerintah dalam program ini. "Misalnya, program Raskin (Beras untuk Keluarga Miskin) diganti dengan Rastra (Beras Sejahtera). Rastra diganti dengan program BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai)," ucap Yeka.

Saat ini, kata dia, program BNPT tidak jelas statusnya. Entah diganti atau ditiadakan. "Tapi ada program bantuan pangan. Ketidakjelasan inilah yang membuat salah satu juga pasar bisa mudah mengintervensi harga."

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa bantuan pangan akan diberikan sampai Juni 2024. Oleh sebab itu, kata Yeka, pelaku usaha akan mulai mengantisipasi.

"Aartinya, di Bulan Juli akan ada 22 juta rumah tangga masuk ke pasar. Kalau rata-rata 10 kg, berarti 22 juta dikali 10 kg. Nah, berarti sekitar 220 ribu ton beras masuk ke pasar."

Di sisi lain, menurut dia, stok beras Indonesia pada Juli akan mulai menipis. Hal ini harus segera diwaspadai oleh pemerintah. "Harus diwaspadai harga di bulan Juli. Sinyal ini harus dipastikan," tuturnya.

Singkatnya, Ombudsman berharap agar pemerintah meneruskan bantuan pangan. Namun, segala kekurangannya mesti dievaluasi. "Pastikan Bulog mempunyai program yang konsisten, memiliki perencanaan agar pelaku pasar juga bisa menganalisis, tidak berspekulasi."

Pilihan Editor: Alasan Makan Siang Gratis Dibahas Pemerintah, Bappenas: Mencontoh Negara Maju



Berita terkait

Modus Penipuan Oknum Pegawai ke Nasabah Sering Terjadi, OJK Pernah Sarankan Bank Ambil Alih

1 jam lalu

Modus Penipuan Oknum Pegawai ke Nasabah Sering Terjadi, OJK Pernah Sarankan Bank Ambil Alih

Kasus dugaan penipuan oleh oknum pegawai BTN terhadap nasabah banyak menarik perhatian setelah korban berunjuk rasa di depan kantor bank itu.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ombudsman Buka Suara Kasus Penipuan Deposito BTN

1 hari lalu

Terkini: Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ombudsman Buka Suara Kasus Penipuan Deposito BTN

Staf Khusus Menteri Keuangan mengatakan Jokowi sudah memerintahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkomunikasi dengan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ini Tujuannya

2 hari lalu

Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ini Tujuannya

Yustinus Prastowo mengatakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah memerintahkan Sri Mulyani berkomunikasi dengan Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Kasus Penipuan Deposito BTN, Ombudsman: Bukan Kali Pertama Terjadi

2 hari lalu

Kasus Penipuan Deposito BTN, Ombudsman: Bukan Kali Pertama Terjadi

Kasus penipuan deposito BTN bukan kali pertama. Ombudsman mengungkap kasus serupa sudah terjadi dua kali di dua tahun terakhir

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Stok Beras Cukup untuk Antisipasi Kemarau

2 hari lalu

Jokowi Sebut Stok Beras Cukup untuk Antisipasi Kemarau

Jokowi juga menyebut harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

2 hari lalu

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

Jokowi juga menyebut harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Presidential Club Dinilai Sulit Terbentuk Mengingat Hubungan Megawati, Jokowi, dan SBY

3 hari lalu

Presidential Club Dinilai Sulit Terbentuk Mengingat Hubungan Megawati, Jokowi, dan SBY

Sejumlah pakar menilai pembentukan presidential club oleh Prabowo Subianto sulit terbentuk mengingat hubungan antara Megawati, SBY, dan Jokowi.

Baca Selengkapnya

Kisah Srikandi PLN Mengendalikan Listrik saat Presiden Joko Widodo ke NTB

3 hari lalu

Kisah Srikandi PLN Mengendalikan Listrik saat Presiden Joko Widodo ke NTB

PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat (UIW NTB) dalam komitmennya mendukung pengarusutamaan gender.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Resmi Meluncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

3 hari lalu

Presiden Jokowi Resmi Meluncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Pendidikan Dokter Spesialis menjadi penting mengingat rasio dokter dibanding penduduk Indonesia sangat rendah, yakni 0,47 per 1.000 penduduk.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

4 hari lalu

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

Pengadilan baru saja mencabut izin penanaman komersial padi Beras Emas atau Golden Rice hasil rekayasa genetika di Filipina.

Baca Selengkapnya