BI Masih Uji Coba Rupiah Digital, Pengamat: Permudah Pelacakan Transaksi Korupsi

Reporter

Annisa Febiola

Editor

Khairul anam

Sabtu, 2 Maret 2024 14:53 WIB

Rupiah Digital Akan Diluncurkan, BI Siapkan Regulasinya

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong, menilai implementasi rupiah digital memberikan kemudahan dalam menelusuri transaksi, salah satunya melacak transaksi hasil korupsi. Manfaat ini, kata dia, merupakan hal paling menarik yang ditawarkan jika rupiah digital resmi diberlakukan.

"Hal yang paling menarik adalah kemudahan dalam menelusuri transaksi, hal ini bisa membantu melacak transaksi hasil tindak kriminal, korupsi dan lain-lain," katanya ketika dihubungi Tempo pada Jumat, 1 Maret 2024.

Dia menjelaskan, mata uang digital akan lebih mudah ditelusuri arusnya. Kemudian, transaksi pun akan lebih murah dan cepat.

"Setahu saya, digital currency akan lebih mudah ditelusuri arusnya dan efisien dalam hal transaksi atau transfer. Tidak memerlukan pencetakan fisik dan penyimpanan layaknya uang fisik," kata dia.

Di samping itu, Lukman menyebut bank sentral juga membantu dalam kebijakan moneter, karena akan lebih mudah memantau uang yang beredar. BI telah mengembangkan sistem rupiah digital melalui Proyek Garuda sejak Juli 2023. Proyek ini merupakan inisiatif yang memayungi eksplorasi desain uang digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC) atau yang disebut sebagai rupiah digital ini.

Advertising
Advertising

Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menyebut bahwa institusinya masih melakukan uji coba internal terhadap sistem rupiah digital. Nantinya, uang digital tersebut akan menggantikan uang kertas dan uang logam.

“Masih simulasi, tahapan conceptual proof design. Nanti uang digital akan menggantikan fiat money (uang kertas dan logam). Tentunya secara bertahap,” katanya dalam agenda CNBC Economic Outlook 2024 pada Kamis, 29 Februari 2024.

Menurut Lukman, rencana kebijakan rupiah digital ini tentu saja mempunyai tantangan. Tantangan tersebut adalah pengembangan infrastruktur berupa jaringan internet, perangkat pendukung seperti ponsel pintar, hingga informasi dan edukasi.

Lukman melihat bahwa rupiah digital ini mempunyai dua sisi. Di samping dampak positif atau manfaat, ada pula dampak negatif yang membawa risiko.

Dampak negatifnya menurut dia adalah risiko tergerusnya privasi dan pengawasan. Pasalnya, transaksi digital akan dengan mudah dilacak serta dipantau.

"Penerapan mata uang digital menimbulkan kekhawatiran mengenai privasi dan pengawasan, karena transaksi dapat dengan mudah dilacak dan dipantau oleh pemerintah," katanya.

Sementara dari segi persaingan dana atau deposito dalam perbankan, menurut Lukman, tidak ada yang akan terdampak. "Saya tidak melihat hal ini akan berbeda."

ANNISA FEBIOLA | DEFARA DHANYA PARAMITHA

Pilihan Editor: Publisher Rights Tidak Berdampak pada Konten Kreator, Sudah Ada Hukum Hak Cipta

Berita terkait

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

6 jam lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

13 jam lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

22 jam lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

5 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

5 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

5 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

8 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

8 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

9 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

9 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya