Harga Beras Terus Melonjak, Pemerintah Didorong Lakukan 3 Kebijakan Ini

Selasa, 27 Februari 2024 08:00 WIB

Petugas melayani warga yang membeli beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) saat didistribusikan di Pabuaran, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis 22 Februari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan pemerintah berusaha menjaga stabilitas harga beras secara nasional salah satunya dengan terus mendistribusikan beras SPHP yang diproduksi Bulog. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono merespons soal lonjakan harga beras menjelang Ramadan. Menurut dia, pemerintah harus segera bertindak karena krisis beras ini akan berdampak pada lonjakan tingkat inflasi.

Ia mengatakan ada tiga upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi sengkarut beras saat ini. "Hal pertama adalah menyelesaikan masalah kelangkaan beras di tingkat ritel, terutama di ritel modern," ucapnya saat dihubungi, Jumat, 23 Februari 2024.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional mencatat harga rata-rata nasional beras medium pada Senin, 26 Februari 2024 naik 1,94 persen dari sehari sebelumnya, menjadi Rp 15.800 per kilogram. Sedangkan harga beras premium atau kualitas super naik 1,48 persen menjadi Rp 17.100 per kilogram.

Menurut Yusuf, kelangkaan pasokan beras yang berlarut-larut berpotensi akan mendorong panic buying sehingga membuat situasi semakin sulit dikendalikan. Panic buying merupakan perilaku pembelian mendadak untuk barang-barang konsumsi dalam kuantitas yang banyak sampai pada tahap penimbunan.

Karena itu, ia menilai cadangan beras pemerintah atau CBP di gudang Bulog selayaknya diprioritaskan untuk mengintervensi pasar secepatnya. Tujuannya, agar tidak ada lagi kekurangan pasokan beras di pasar.

Advertising
Advertising

Langkah kedua, Yusuf meminta pemerintah secepatnya menyelesaikan masalah ketersediaan pupuk secara efektif. Menurut dia, mentransformasi subsidi pupuk merupakan hal krusial. Cara yang bisa dilakukan adalah memberikan subsidi pupuk dalam bentuk uang tunai ke petani secara langsung.

Apabila skema subsidi pupuk itu dilakukan, dia menilai petani akan memiliki pilihan yakni menggunakan dana untuk membeli pupuk pabrik atau memproduksi sendiri pupuk organik. Petani juga akan memiliki kemampuan untuk memproduksi pupuk organik yang sebenarnya lebih ramah lingkungan. Namun untuk itu, petani membutuhkan adaptasi dan proses yang bertahap sehingga memerlukan dukungan pembiayaan.

Langkah berikutnya, menurut Yusuf, pemerintah harus secepatnya menghentikan alih fungsi lahan sawah dan mengembangkan family farming (pertanian keluarga) terutama di Jawa. Dia menuturkan masifnya pembangunan infrastruktur dan proyek strategis nasional (PSN) dalam satu dekade terakhir terutama di Jawa telah mendorong konversi lahan sawah secara masif.

Walhasil, ucap Yusuf, produksi beras nasional turun secara sederhana karena sawahnya hilang dan semakin berkurang akibat konversi. Sementara itu, ia menilai lebijakan mendorong proyek lumbung pangan atau food estate di luar Jawa sebagai kompensasi atas hilangnya sawah di Jawa adalah kebijakan salah arah. Sebab, proyek food estate berisiko tinggi terhadap ketahanan pangan nasional.

Pilihan Editor: Harga Beras Melejit, Jokowi dan Menteri-menterinya Punya Bermacam Alasan

Berita terkait

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

1 hari lalu

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) optimistis target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada tahun ini dapat tercapai.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

3 hari lalu

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

Menteri TIto Karnavian meminta kepala daerah memerhatikan inflasi di daerahnya masing-masing.

Baca Selengkapnya

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

5 hari lalu

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo buka suara soal naiknya harga beras merek SPHP.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

5 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

Penjelasan Bulog atas harga beras yang tetap mahal saat harga gabah terpuruk.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

6 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

6 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani, Investigasi Tempo soal Produk Spyware Israel Dijual ke RI

6 hari lalu

Terpopuler: Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani, Investigasi Tempo soal Produk Spyware Israel Dijual ke RI

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Jumat, 3 Mei 2024, dimulai dari harta kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang belakangan jadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

7 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

7 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya