Anggota Timses Prabowo-Gibran Diangkat Jadi Komisaris BUMN Menuai Kritikan

Senin, 26 Februari 2024 08:57 WIB

Sejumlah tamu beraktivitas di dekat logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis 2 Juli 2020. Kementerian BUMN meluncurkan logo baru pada Rabu (1/7) yang menjadi simbolisasi dari visi dan misi kementerian maupun seluruh BUMN dalam menatap era kekinian yang penuh tantangan sekaligus kesempatan. ANATAR FOTO/Aprillio Akbar

TEMPO.CO, Jakarta - Penunjukan anggota Tim Kampanye Nasional atau TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai Komisaris di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menuai sejumlah kritikan.

Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti mempertanyakan kompetensi mereka sebagai komisaris perusahaan plat merah tersebut.

Diwartakan sebelumnya, dua orang yang terlibat dalam pemenangan pasangan calon presiden-wakil presiden, Prabowo-Gibran, diberi jabatan komisaris di sejumlah BUMN. Mereka antara lain Prabu Revolusi yang diberi jabatan Komisaris Independen PT Kilang Pertamina Internasional.

Kemudian juga ada Siti Zahra Aghnia, istri Komandan TKN Fanta Muhammad Arief Rosyid Hasan, yang ditunjuk sebagai Komisaris Independen PT Pertamina Patra Niaga.

"Background-nya apa? Apakah dia punya ijazah, pernah sekolah tentang paling tidak manajemen atau hal-hal yang terkait dengan bisnis Pertamina?" kata Esther kepada Tempo pada Ahad, 25 Februari 2024.

Advertising
Advertising

Meskipun BUMN memang dikelola oleh pemerintah, kata Esther, BUMN tetap saja merupakan perusahaan. Perusahaan yang harus mampu mendulang profit sehingga harus dikelola secara profesional.

Apabila BUMN tidak menghasilkan profit dan terus merugi, Esther melanjutkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) biasanya akan disuntikkan melalui likuidasi. Hal ini, menurut Esther, akan merugikan negara.

"BUMN sebagai perusahaan, harus paling tidak bisa menghidupi dirinya sendiri. Jadi saya mengkritisi penempatan-penempatan komisaris maupun direksi, terutama jajaran manajerial BUMN kalau dia tidak punya kompetensi yang pas," katanya.

Menurut Ester, jabatan komisaris BUMN harus diisi oleh sosok yang mempunyai kompetensi yang tepat.

"Itu suatu keharusan. Kalau menempatkan orang hanya berdasarkan balas budi atau kompensasi (tertentu), itu menurut saya harus dihindari. Kalau BUMN seperti itu, maka dia tidak sehat," ujarnya.

Esther menambahkan, pengisi pos manajerial perusahaan harus berpengalaman dengan kiprah dalam bidang serupa. Sebab, kata dia, tanggung jawab yang mesti dijalani tidaklah mudah. Terlebih, untuk perusahaan BUMN yang besar seperti Pertamina.

"Kalau enggak, kasihan tuh. Negara, duitnya untuk injeksi atau suntikan-suntikan (bagi) BUMN yang rugi. Kalau sudah rugi, takutnya nanti dijual. Waduh. Jadi, berpikirnya ke depan itu harus jangka panjang," ucapnya. Ester meminta pemerintah untuk objektif dalam memilih komisaris BUMN. “Tempatkan orang yang sesuai dengan kapasitas dia, kompetensi dia.”

Selanjutnya: BUMN sebagai sapi perah

<!--more-->

BUMN sebagai sapi perah

Kritik lain datang ekonom senior INDEF, Didin S Damanhuri. Didin menilai Menteri BUMN Erick Thohir mengembalikan BUMN sebagai sapi perah politik. Itu tercermin dari keputusan Erick menunjuk dua pendukung Prabowo-Gibran sebagai komisaris BUMN.

"(Ini) seperti tahun 60-an. Terjadi lagi," katanya ketika dihubungi Tempo pada Ahad, 25 Februari 2024.

Didin menyoroti pengalaman bagi-bagi jatah Komisaris BUMN berbasis balas jasa politik dan bukan berdasar kompetensi dan profesionalitas selama ini.

Menurut dia, banyak fungsi kontrol para komisaris yang nyaris tak berfungsi. Akibatnya, berujung pada banyak kasus kerugian BUMN.

"Misalnya BUMN Karya, Garuda, Indofarma, Krakatau Steel dan lain-lain," ujar Didin.

Selain itu, dia juga menyinggung adanya alokasi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikumpulkan untuk pendanaan politik.

"Untuk membiayai lembaga-lembaga survei, maka harusnya para komisaris dapat mencegahnya. Tapi, akhirnya jadi bobol," tuturnya.

Penunjukan komisaris secara tidak objektif ini, kata Didin mesti dihentikan karena merugikan negara.

"Ini harus dihentikan, karena yang rugi (adalah) rakyat yang membutuhkan pelayanan BUMN yang profesional, berintegritas dan berakhlak. Padahal, tagline BUMN masa Erick Tohir kan BUMN Berakhlak. Jadi kontradiktif," ujar Didin.

Di sisi lain, dia heran dengan sikap yang diambil tim pasangan calon nomor urut dua tersebut. Mereka sudah berpesta deklarasi kemenangan.

"Dan lebih jauh, malah sudah bagi-bagi jatah Komisaris BUMN," katanya.

Padahal, Komisi Pemilihan Umum atau KPU belum mengumumkan hasil penghitungan suara berdasarkan C1 dari KPU di daerah-daerah.

"Dan adanya dugaan kecurangan TSM (terstruktur, sistematis dan masif), audit forensik IT KPU, bahkan hak angket DPR, mestinya TKN menahan diri dulu," ujar Didin.

ANNISA FEBIOLA

Pilihan Editor: Ekonom Sebut Kenaikan Tarif Tol Picu Inflasi, Baiknya Ditunda

Berita terkait

Kata Gibran Usai Pertemuan Jokowi dan Puan Maharani di Bali: Nggak Ada Masalah Kan

2 jam lalu

Kata Gibran Usai Pertemuan Jokowi dan Puan Maharani di Bali: Nggak Ada Masalah Kan

Gibran menanggapi pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Ketua DPR RI Puan Maharani, saat jamuan santap malam World Water Forum di Bali

Baca Selengkapnya

Try Sutrisno soal Wacana Presidential Club: Jangan Hanya Omongan tapi dari Hati

6 jam lalu

Try Sutrisno soal Wacana Presidential Club: Jangan Hanya Omongan tapi dari Hati

Try Sutrisno memberi tanggapan perihal wacana Presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk Presidential Club

Baca Selengkapnya

Hasil Kunjungan Kerja ke UEA dan Qatar, Gibran Sebut Bukan Hanya untuk Solo Saja, tapi Indonesia

6 jam lalu

Hasil Kunjungan Kerja ke UEA dan Qatar, Gibran Sebut Bukan Hanya untuk Solo Saja, tapi Indonesia

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming menyebut kunjungan kerjanya ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar pekan lalu tidak hanya untuk Solo tapi Indonesia

Baca Selengkapnya

Dukung Pembalap Muda, Pertamina - Mandalika Racing Series Berkolaborasi

7 jam lalu

Dukung Pembalap Muda, Pertamina - Mandalika Racing Series Berkolaborasi

Ajang ini adalah bukti nyata bahwa dengan dukungan penuh dari seluruh masyarakat dan stakeholder, kita dapat membangun masa depan yang gemilang

Baca Selengkapnya

Pesan Try Sutrisno untuk Prabowo: Jangan Tonjolkan Kejelekan di Publik, Apalagi Media

7 jam lalu

Pesan Try Sutrisno untuk Prabowo: Jangan Tonjolkan Kejelekan di Publik, Apalagi Media

Wapres me-6 RI Try Sutrisno memberikan pesannya untuk Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk lima tahun ke depan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Menanti Arah Politik PDIP setelah Puan Maharani Bilang Banyak Mengobrol dengan Jokowi dan Prabowo di Bali

9 jam lalu

Menanti Arah Politik PDIP setelah Puan Maharani Bilang Banyak Mengobrol dengan Jokowi dan Prabowo di Bali

Puan Maharani mengungkapkan isi pertemuannya dengan Presiden Jokowi pada Gala Dinner WWF di Bali. Ia mengaku juga berbicara dengan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Luhut Siap Jadi Penasihat Prabowo, Dasco Gerindra: Saya Belum Dapat Informasi

12 jam lalu

Luhut Siap Jadi Penasihat Prabowo, Dasco Gerindra: Saya Belum Dapat Informasi

Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengaku belum mengetahui kabar soal Luhut yang siap menjadi penasihat Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Jika Semua Partai Gabung Pemerintahan Prabowo, Franz Magnis: Siapa yang Mewakili Rakyat?

13 jam lalu

Jika Semua Partai Gabung Pemerintahan Prabowo, Franz Magnis: Siapa yang Mewakili Rakyat?

Franz Magnis Suseno mempertanyakan masa depan demokrasi Indonesia apabila semua partai politik bergabung dalam pemerintahan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Gibran: Saya Akan Datang Kalau Diundang ke Rakernas PDIP

14 jam lalu

Gibran: Saya Akan Datang Kalau Diundang ke Rakernas PDIP

Gibran tak tahu apakah PDIP mengundang ayahnya, Presiden Jokowi ke Rakernas V. Namun ia mengatakan dirinya akan datang kalau diundang.

Baca Selengkapnya

Respons Dasco soal Yusril yang Mundur dari Ketum PBB untuk Gabung Kabinet Prabowo

14 jam lalu

Respons Dasco soal Yusril yang Mundur dari Ketum PBB untuk Gabung Kabinet Prabowo

Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad merespons pertanyaan soal Yusril yang mundur dari Ketum PBB untuk gabung kabinet Prabowo.

Baca Selengkapnya