Tekstil Hingga Perikanan Diprediksi Terdampak Resesi Jepang, Batu Bara dan Nikel Waspada
Reporter
Defara Dhanya Paramitha
Editor
Khairul anam
Senin, 19 Februari 2024 13:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menjelaskan resesi Jepang dan Inggris akan berdampak pada ekspor Indonesia.
“Meksipun masih terbatas dampaknya ke Indonesia,” ujar Eko kepada Tempo, dikutip Senin, 19 Februari 2024.
Menurut dia, terdapat beberapa sektor yang akan merasakan pengaruh dari resesi Jepang dan Inggris. Sektor-sektor tersebut di antaranya tekstil, alas kaki, hasil laut, hingga perikanan.
“Sektor ini kemungkinan terdampak resesi Jepang dan Inggris,” tuturnya. “Sebenarnya sudah mulai terasa seiring menipisnya surplus dagang Indonesia,” kata dia.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total ekspor Indonesia pada Januari 2024 hanya US$ 20,52 miliar. Angka ini turun 8,34 persen dibanding Desember 2023 (month to month). Porsi terbesar, ekspor nonmigas, tercatat US$ 19,13 miliar. Turun 8,54 persen dibanding Desember 2023 (month to month) dan 8,20 persen dibanding Januari 2023 (year on year).
Adapun Jepang menjadi salah satu tujuan ekspor terutama bagi Indonesia selain Tiongkok, Amerika Serikat, India, dan Malaysia yang berkontribusi sebesar 54,01% dari total ekspor 2022. Sepanjang 2023 sendiri nilai ekspor Indonesia ke Jepang mencapai US$18,8 miliar, atau terbesar keempat, dengan komoditas terutama mencakup batubara, komponen elektronik, nikel dan otomotif, menurut catatan Kementerian Keuangan. Selain itu ada juga ekspor produk perikanan seperti lobster mutiara, ikan segar, ikan hias, dan rumput laut, juga produk kayu dan karet.
Produk domestik bruto (PDB) Jepang turun 0,4 persen (yoy) pada periode Oktober-Desember 2023 setelah turun 3,3 persen pada kuartal sebelumnya. Hasil ini mengacaukan perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,4 persen. Kontraksi dua kuartal berturut-turut ini mengindikasikan Jepang telah masuk resesi.
Sementara Inggris juga menyusul masuk ke jurang resesi setelah pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut. PDB Inggris kontraksi 0,3 persen pada kuartal IV-2023. Sementara, kuartal III-2023 ekonomi Inggris juga turun 0,1 persen.
DEFARA DHANYA | REUTERS
Pilihan Editor: Harga Beras Naik, Paceklik Sampai April, Pengamat Minta Pemerintah Perhatikan Warga Hampir Miskin