Ekspor Produk Manufaktur Sentuh USD186,98 Miliar Sepanjang 2023
Reporter
Annisa Febiola
Editor
Martha Warta Silaban
Jumat, 16 Februari 2024 13:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri manufaktur terbukti konsisten menjadi kontributor terbesar dalam memacu kinerja ekspor RI.
Kementerian Perindustrian mencatat bahwa ekspor sektor manufaktur mencapai USD 186,98 miliar sepanjang tahun 2023. Ekspor manufaktur menyumbang 72,24 persen dari total nilai ekspor nasional sebesar USD 258,82 miliar pada 2023.
“Di tengah kondisi dunia yang sedang tidak stabil, industri kita tetap agresif untuk memperluas pasar ekspornya. Ini menandakan bahwa produk manufaktur kita telah berdaya saing sehingga diakui dunia,” kata Agus dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Jumat, 16 Februari 2024.
Dia mengatakan bahwa realisasi ekspor industri manufaktur selama Januari sampai Desember 2023 melampaui target yang ditetapkan. Sebelumnya, capaian ekspor ditargetkan sebesar USD 186,40 miliar. Sementara untuk tahun 2024 ini, Kemenperin pasang target ekspor USD 193,4 miliar. "Kami optimistis bisa tercapai."
Kinerja ekspor yang melaju tersebut, kata Agus, berperan besar terhadap pembentukan neraca perdagangan industri manufaktur. Neraca perdagangan menjadi surplus sebesar USD 17,39 miliar pada 2023. Capaian ini pun menambah catatan surplus yang juga didapatkan pada 2022 lalu.
Selanjutnya: Lima sektor penyumbang <!--more-->
Kemenperin mengungkapkan lima sektor yang menjadi penyumbang terbesar untuk capaian nilai ekspor industri manufaktur nasional sepanjang 2023. Pertama, ada ekspor industri logam dasar senilai USD 42 miliar, disusul industri makanan dan minuman senilai USD 41,69 miliar. Lalu industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik senilai USD 18,12 miliar.
Kemudian, industri kimia, farmasi dan obat tradisional senilai USD 17,30 miliar. Terakhir, industri alat angkutan berkontribusi sebesar USD 13,12 miliar.
Jika dilihat statistiknya dari tahun 2019 sampai 2022, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas tercatat meningkat. Pada tahun 2019, ekspor produk manufaktur mencapai USD 127,38 miliar. Kemudian pada 2020, naik menjadi USD 131,09 miliar. Nilai ekspor naik lagi menembus USD 177,20 miliar pada 2021. Kenaikan nilai ekspor pun melambung jadi USD 206,06 miliar pada tahun 2022.
Dia mengatakan kementeriannya terus bertekad untuk meningkatkan nilai ekspor produk manufaktur. Termasuk menambah diversifikasi produk yang mempunyai daya saing dan nilai tambah tinggi. Dalam rangka meningkatkan diversifikasi produk ekspor, kata Agus, Kemenperin terus mendorong jenis produk ekspor yang dihasilkan dengan nilai tambah tinggi seperti dari hasil hilirisasi nikel.
“Jenis produk baru yang diekspor dengan high complexity, sebagian besar berupa logam dasar hasil hilirisasi nikel. Seperti stainless steel ingot dan CRC, serta kendaraan roda dua. Selainnya merupakan produk baru dengan low complexity seperti aluminium oksida, dan turunan CPO."
Ia menjelaskan bahwa apabila capaian ekspor produk manufatur kian meroket, maka akan memperkuat neraca perdagangan. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi nasional dapat digenjot. Oleh sebab itu, perlu strategi yang adaptif, responsif, dan kolaboratif yang dilakukan secara terintegrasi. "Apalagi, untuk menggenjot ekspor ini, Bapak Presiden telah membentuk Satgas Peningkatan Ekspor."
Kebijakan tersebut tertuang di dalam Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2023 tentang Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional. Satgas ini terdiri dari tim pengarah yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, serta ada tim pelaksana. Tim pelaksana bertugas mengembangkan sumber daya dan industri ekspor. Seperti meningkatkan produktivitas dan daya saing, hingga menetapkan strategi peningkatan peran ekspor usaha mikro, kecil, dan menengah melalui integrasi ke dalam ekosistem penyedia ekspor nasional.
Pilihan Editor: Nilai Ekspor Januari 2024 Jeblok 8,34 Persen jadi USD 20,52 Miliar, Apa Saja Pemicunya?