Dorong Hilirisasi Pertanian, TKN Prabowo - Gibran Beberkan 6 Arahan Pengembangan Food Estate
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 1 Januari 2024 07:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Komandan Tim Delta Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo - Gibran, La Ode Labsin Naadu yakin hilirisasi pertanian dapat mendorong tercapainya swasembada pangan. Hal ini yang kemudian digadang-gadang mampu meningkatkan kesejahteraan petani, salah satunya melalui proyek food estate.
Walaupun kerap menuai kritik, menurut Lasbin, food estate punya potensi besar untuk masa depan pertanian Indonesia.
Pertama, food estate dapat menjadi laboratorium perkembangan pertanian dengan fokus pada pengembangan teknologi dan praktik pertanian terkini.
Kedua, food estate diarahkan untuk mengembangkan lahan yang sebelumnya tidak produktif, memberikan peluang bagi rehabilitasi ekosistem dan peningkatan keberlanjutan lingkungan.
Ketiga, food estate dapat menjadi katalis untuk memberdayakan petani melalui akses ke pengetahuan, teknologi, dan pasar yang lebih luas.
Keempat, food estate mendorong pengembangan agroindustri, mengurangi ketergantungan pada sektor pertanian tunggal.
Kelima, food estate menciptakan peluang ekonomi dan sosial di wilayah-wilayah terpencil melalui investasi dan penciptaan lapangan kerja.
Keenam, desain food estate dapat menjadi model untuk pertanian yang ramah lingkungan dan efisien dari segi energi.
Namun demikian, menurut Anggota Dewan Pembina Angkatan Muda Prabowo (Ampera) ini, ada juga tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan food estate, yakni memastikan bahwa petani yang terlibat, mendapatkan nilai tambah yang maksimal. "Melalui pendekatan hilirisasi, pemerintah dapat membantu petani mengadopsi praktik modern dan memaksimalkan hasil panen mereka," ucapnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad, 31 Desember 2023.
Untuk menggarap food estate ini, harus ada kolaborasi yang kuat antara Kementerian Pertanian dengan Kementerian/lembaga terkait lainnya menjadi kunci kesinambungan dalam mengangkat kesejahteraan petani.
Lebih jauh Lasbin menggarisbawahi arti hirilisasi pertanian di Indonesia. Hilirisasi ini dinilai penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan daya saing pertanian.
Selanjutnya: "Hilirisasi pertanian bukan hanya tentang..."
<!--more-->
"Hilirisasi pertanian bukan hanya tentang mengubah profesi petani di Indonesia menjadi lebih modern, melainkan juga mengubah paradigma dari petani gabah menjadi petani beras," ujar Labsin.
Ia menjelaskan transformasi petani juga tidak hanya soal pergeseran dari satu fase produksi ke fase berikutnya, melainkan sebuah evolusi dalam pemikiran dan tindakan petani. Caranya dengan mengadopsi praktik pertanian modern, pemanfaatan teknologi, dan peningkatan keterampilan dalam mengelola proses produksi beras.
"Petani tidak hanya menjadi produsen gabah, tetapi juga perancang utama dalam menghasilkan beras berkualitas tinggi," kata Lasbin.
Sebelumnya, Direktur Juru Kampanye Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Choirul Anam, menanggapi soal pernyataan Mahfud MD yang menyebut food estate yang dijalankan pemerintahan Jokowi sebagai proyek gagal.
“Kalau dari beberapa data yang ada, memang food estate itu program yang gagal. Tapi problem bagaimana kita merumuskan ketahanan pangan itu tetap harus dijawab,” ujar Choirul ketika dihubungi, Rabu, 20 Desember 2023.
Menurut Choirul, ketahanan pangan berkaitan dengan ekosistem ketahanan pangan, bukan industri ketahanan pangan. “Nah ekosistem ketahanan pangan itu termasuk di dalamnya adalah pelibatan masyarakat,” tuturnya.
Choirul pun menyebut bahwa proyek tersebut seharusnya tidak hanya bergantung pada satu jenis bahan pokok. “Nah gitu jadi logika ketahanan pangan adalah logika ekosistem pangan itu sendiri yang di dalamnya ada kehidupan masyarakatnya,” ucapnya.
Adapun Mahfud MD mengatakan proyek food estate yang digagas pemerintahan Presiden Joko Widodo merupakan program gagal pada pertengahan Desember lalu. Hal itu disampaikan dalam acara bedah visi misi di Universitas Andalas, Padang, Senin, 18 Desember 2023.
Mahfud menyebut, program food estate layak disebut gagal karena tidak ada petani yang menggarap lahan tersebut. "Kenapa? Karena kita menyediakan lahan yang besar, tidak dipikirkan bahwa lahan yang besar dengan modal yang besar itu harus ada petani. Sementara, lahan yang disediakan itu tidak ada orangnya, siapa yang mau bertani di situ?" ujar Mahfud kala itu.
ANTARA | DEFARA DHANYA
Pilihan Editor: Amran Sulaiman Bantah Tanam Jagung Pakai Polybag di Lahan Food Estate: Itu Hanya Beberapa Pot Saja