Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 15 Desember 2023 17:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini. Menurut dia, melihat Amerika Serikat, inflasinya masih tinggi, meskipun kemungkinan pada minggu-minggu ini menunjukkan ada tanda-tanda tingkat suku bunga yang sudah pada titik puncaknya.
Dia menjelaskan, tekanan fiskal di Negeri Paman Sam itu juga masih tinggi, dan tabungan masyarakat Amerika tergerus karena inflasi. Hal itu juga akan membanyangi prospek perlemahan ekonomi dari negera yang dipimpin Presiden Joe Biden itu.
“Meskipun mungkin sedikit kabar baiknya Amerika cukup optimis tidak akan mengalami resesi sepetti yang tadinya dikhawatirkan pada tahun yang lalu,” ujar Sri Mulyani dalam acara Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Desember 2023 di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, pada Jumat, 15 Desember 2023.
Sementara, kata dia, masih bergulat dengan kondisi perlemahan ekonominya yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Berbagai faktor struktural yang sifatnya jangka menengah seperti demografi, labour aging (tenaga kerja usia lanjut), dan krisis properti masih menjadi faktor pemberat dari perekonomian Cina.
Sedangkan di Eropa, ekonominya sudah melemah cukup tajam. Sri Mulyani mencontohkan Jerman yang bahkan mengalami kontraksi ekonomi. Demikian juga dengan Inggris, yang defisit fiskalnya tinggi, inflasinya—terutama core inflation (inflasi inti)—juga masih tinggi.
Tahun depan pertumbuhan ekonomi juga belum membaik
<!--more-->
“Ini yang menyebabkan Eropa mengalami kondisi tekanan suku bunganya belum menunjukkan tanda-tanda sudah pada titik puncaknya,” ucap Sri Mulyani.
Selain masalah ekonomi, bendahara negara menjelaskan, kondisi geopolitik juga menunjukkan risiko yang semakin tinggi. Di mana perang di Ukraina maupun di Timur Tengah terutama Palestina yang tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir. Hal itu menimbulkan downside risks (risiko kerugian) terhadap prospek pertumbuhan ekonomi.
Sentimen global juga akan dipengaruhi dan menimbulkan volatilitas di sektor keuangan. Prospek dari perang yang belum berakhir dan bahkan akan melebar juga akan menimbulkan tekanan proteksionisme dan melemahkan perdagangan global.“Perekonomian global diperkirakan masih akan lemah,” kata dia.
Sri Mulyani juga menyitir data lembaga-lembaga internasional, yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2024 direvisi ke bawah. Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan menjadi hanya 3 persen, dan Bank Dunia hanya 2,1 persen untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Tahun depan IMF masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi juga belum membaik, bahkan dengan hanya di level 2,9 persen. Inflasi di sisi lain mekipun menurun, tapi levelnya masih di atas target kebijakan inflasi yang ditetapkan negara-negara maju, yaitu 3 persen tahun depan.
“Inflasi dunia di level 5,8 persen ini juga lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi Covid-19,” ujar Sri Mulyani.
Pilihan editor: Sri Mulyani Ungkap Kinerja APBN: Pendapatan Negara Capai Rp 2.553,2 Triliun, Belanja Rp 2.288,2 Triliun