Mengenal Resesi Ekonomi, Penyebab, dan Dampaknya

Reporter

Tempo.co

Editor

Laili Ira

Senin, 4 Desember 2023 21:23 WIB

Ilustrasi Resesi. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam dinamika ekonomi global, resesi telah menjadi sorotan yang tak terhindarkan. Fenomena ini tidak hanya menjadi isu ekonomi semata, tetapi juga menciptakan dampak yang mendalam pada kehidupan sosial, pekerjaan, dan keuangan individu serta komunitas.

Dalam artikel ini, akan dibahas lebih dalam tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan resesi, penyebab, serta dampaknya untuk kehidupan.

Pengertian Resesi

Resesi adalah kondisi ekonomi di mana terjadi penurunan signifikan dan berkelanjutan dalam aktivitas ekonomi suatu negara atau wilayah untuk jangka waktu yang berkepanjangan. Biasanya, resesi ditandai dengan penurunan produk domestik bruto (PDB), tingkat pengangguran yang tinggi, turunnya tingkat produksi dan investasi, serta penurunan konsumsi secara luas.

Secara teknis, resesi sering didefinisikan sebagai dua kuartal berturut-turut dengan PDB yang menurun. Namun, dampaknya dapat jauh lebih luas, melibatkan perubahan besar dalam kondisi pasar tenaga kerja, keuangan, dan kepercayaan konsumen serta investor.

Resesi dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti perlambatan ekonomi global, krisis keuangan, fluktuasi harga komoditas, ketidakstabilan politik, atau perubahan dalam kebijakan ekonomi suatu negara.

Penyebab Terjadinya Resesi Ekonomi

Advertising
Advertising

Resesi ekonomi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti inflasi yang tinggi, gelembung aset, perkembangan teknologi, deflasi, dan guncangan ekonomi.

1. Inflasi yang Tinggi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, inflasi adalah kemerosotan nilai uang karena banyaknya dan cepatnya uang beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang.

Inflasi dapat memperlambat perekonomian, baik lingkup nasional maupun global, yang menyebabkan harga barang atau jasa melambung tinggi.

Kenaikan harga tersebut dapat mengakibatkan menurunnya daya beli konsumen sehingga perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Selain itu, perusahaan juga mungkin akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal dan membuat tingginya angka pengangguran.

2. Gelembung Aset

Penyebab resesi ekonomi yang selanjutnya adalah gelembung aset. Gelembung aset terjadi ketika harga investasi, seperti emas, saham, atau perumahan, meningkat secara drastis dalam waktu singkat dan melebihi nilai berkelanjutannya.

Gelembung aset tersebut bisa memicu terjadinya resesi ekonomi. Ciri-ciri terjadinya gelembung aset adalah ketika semua orang berbondong-bondong membeli aset tertentu tanpa memiliki alasan yang kuat.

3. Perkembangan Teknologi

Tidak dapat dipungkiri jika perkembangan teknologi yang semakin maju sangat membantu segala aktivitas masyarakat sekarang ini. Namun, sisi negatif dari perkembangan teknologi tersebut adalah bisa menumbuhkan angka pengangguran.

Revolusi industri, seperti adanya teknologi Artificial Intelligence (AI) atau robot akan menyebabkan kekhawatiran para pekerja kehilangan pekerjaannya. Hal ini karena pekerjaan mereka dapat digantikan oleh AI ataupun robot.

Jika banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya maka angka pengangguran semakin meningkat dan bisa memungkinkan terjadinya resesi ekonomi pada suatu negara.

4. Deflasi

Secara sederhana menurut laman investopedia.com, deflasi merupakan penurunan tingkat harga barang dan jasa. Hal ini mendorong masyarakat menunggu untuk membeli hingga harga barang ataupun jasa turun.

Deflasi dapat terjadi karena peningkatan pasokan barang atau jasa yang tidak seimbang dengan permintaan barang dan jasa dan berkurangnya jumlah uang beredar di pasaran.

5. Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Faktor penyebab resesi ekonomi yang terakhir adalah terjadinya guncangan ekonomi yang mendadak. Guncangan ekonomi adalah peristiwa yang tidak dapat diprediksi dan berdampak terhadap perekonomian.

Salah satu contoh guncangan ekonomi yang pernah terjadi adalah ketika terjadinya pandemi COVID-19 di hampir seluruh negara. Hal ini menyebabkan semua orang untuk berdiam di rumah untuk jangka waktu yang panjang.

Terjadinya COVID-19 sangat berpengaruh bagi sektor ekonomi terutama terhadap penawaran atau permintaan suatu barang dan jasa.

Dampak Resesi Ekonomi

Mengutip dari jurnal yang berjudul “Analisis Dampak Resesi Ekonomi bagi Masyarakat” yang ditulis oleh Cut Nova Rianda, terdapat beberapa dampak dari resesi ekonomi, seperti:

  • Muncul kesenjangan antara orang kaya dan miskin
  • Banyak perusahaan yang melakukan PHK
  • Jumlah angka pengangguran yang semakin meningkat
  • Pengeluaran pemerintah semakin besar
  • Kinerja instrumen investasi mengalami penurunan
  • Melemahnya daya beli masyarakat

Selama resesi, dampaknya bisa sangat merugikan, termasuk penurunan pendapatan, kesulitan dalam mencari pekerjaan, penurunan nilai aset, dan terkadang pengurangan layanan publik.

Kebijakan fiskal dan moneter biasanya digunakan oleh pemerintah untuk mencoba meredakan dampak resesi, seperti stimulan ekonomi, pengurangan suku bunga, atau langkah-langkah lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memulihkan stabilitas keuangan.

DIAN RAHMAWAN

Pilihan Editor: 5 Negara Ini Diprediksi Alami Resesi Ekonomi di 2023, Begini Situasi Suram Mereka

Berita terkait

Mendagri Tito Karnavian Dorong Pemda Percepat Realisasi Belanja APBD

6 jam lalu

Mendagri Tito Karnavian Dorong Pemda Percepat Realisasi Belanja APBD

Tito Karnavian menekankan pentingnya realisasi APBD dalam pengendalian tingkat inflasi.

Baca Selengkapnya

Prabowo Sesumbar Sejahterakan Indonesia dalam 4 Tahun, Ini Catatan Janjinya Saat Kampanye Pilpres 2024

2 hari lalu

Prabowo Sesumbar Sejahterakan Indonesia dalam 4 Tahun, Ini Catatan Janjinya Saat Kampanye Pilpres 2024

Prabowo mengatakan dirinya hanya butuh 3-4 tahun untuk menyejahterakan Indonesia. Ini janji Prabowo-Gibran saat kampanye pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

4 hari lalu

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) optimistis target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada tahun ini dapat tercapai.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

6 hari lalu

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

Menteri TIto Karnavian meminta kepala daerah memerhatikan inflasi di daerahnya masing-masing.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

7 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

9 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

10 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

10 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

10 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya