BPS Koreksi Data Surplus Produksi Jagung, Turun 10,03 Persen Dibandingkan Tahun Lalu
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 19 Oktober 2023 12:22 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS telah mengoreksi data surplus jagung tahun ini. Berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS tentang luas panen dan produksi jagung, luas panen jagung diperkirakan sebesar 2,49 juta hektar. Angka tersebut turun 0,28 juta hektar atau 10,03 persen dibandingkan luas panen tahun sebelumnya.
Sementara itu, untuk produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen pada 2023 sebesar 14,46 juta ton. Hal ini pun berarti adanya penurunan sebanyak 2,07 juta ton atau 12,50 persen dibandingkan tahun lalu.
“Dengan adanya koreksi data tersebut, ini menjadi momentum yang baik bagi pemerintah untuk semakin meningkatkan kinerjanya," kata Plt Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, 19 Oktober 2023.
Seperti diketahui, sebelumnya Kementerian Pertanian mengklaim Indonesia mengalami surplus produksi jagung 5-6 juta ton. Klaim tersebut dipertanyakan banyak pihak, termasuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Kementerian Dalam Negeri.
Arief pun mengatakan akan meminta Direktur Jenderal Tanaman Pangan mengkaji ulang data tersebut. Menurutnya, data yang dimiliki Kementan itu perlu dikoreksi sesuai Kerangka Sampel Area (KSA) dari Badan Pusat Statistik. "Tiga bulan terakhir memang negatif, walaupun ada surplus dari sebelumnya tapi tidak sebesar itu," ujar Arief.
Ia juga mengaku diminta oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi untuk membangun sinergi hulu hilir di sektor perunggasan terus diupayakan pemerintah. Menurutnya, hal ini mendesak dilakukan mengingat tantangan di sektor ini berkaitan dengan produksi dan stabilitas harga jagung pakan sebagai komponen penting dalam rantai produksi.
Prognosa neraca jagung nasional
<!--more-->
Menurutnya, yang harus dilakukan oleh Kementerian Pertanian adalah fokus pada peningkatan produksi jagung di hulu. Sementara di hilir, Badan Pangan Nasional berfokus pada penguatan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) jagung dan stabilisasi harga.
Berdasarkan prognosa neraca jagung nasional, diperkirakan dalam empat bulan akhir tahun 2023 neraca bulanan jagung mengalami defisit. Panel Harga Pangan Bapanas per 18 Oktober 2023 menunjukkan harga rata-rata jagung pipilan kering di tingkat petani sebesar Rp 5.510 per kilogram, berada di atas Harga Acuan Pemerintah (HAP) sebesar Rp 3.970 per kilogram.
Sementara di tingkat konsumen, harga rata-rata jagung pipilan kering sebesar Rp 7.282 per kilogram. Ini pun juga berada di atas HAP sebesar Rp 5.000 per kilogram.
Adapun untuk membantu peternak rakyat yang saat ini memerlukan pasokan jagung pakan yang memadai, ia mengatakan pemerintah akan melakukan impor jagung sebanyak 500 ribu ton. Stok ini untuk stabilitas harga di tingkat peternak. Pada tahap awalan besaran impor jagung tersebut mencapai 250 ribu ton.
Arief menegaskan, impor jagung tersebut dilakukan secara terukur dengan mempertimbangkan harga jagung di tingkat petani tetap baik. Karena itu, data peternak penerima jagung pakan tersebut harus detail by name by address dan dikoordinasikan bersama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan serta Dinas Pertanian dan Pangan setempat.
RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan editor: 9 Alternatif Pengganti Nasi Sebagai Bahan Pangan Pokok, Jika Jagung dan Kentang Sudah Biasa