Sri Mulyani: Inflasi Kembali ke Sasaran, Lebih Cepat dari Perkiraan
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 1 Agustus 2023 18:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap inflasi di Indonesia turun. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari 4,97 Year on Year (YoY) pada triwulan I 2023 menjadi 3,52 persen YoY pada triwulan II 2023. Angka inflasi tersebut kembali berada dalam sasaran 3 plus minus 1 persen.
"Inflasi kembali ke dalam sasaran lebih cepat dari prakiraan," ujar dia di Kantor Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 1 Agustus 2023.
Adapun inflasi inti terus melambat menjadi 2,58 persen YoY. Hal itu, kata Sri Mulyani, dipengaruhi oleh stabilnya nilai tukar rupiah, turunnya harga komoditas global, rendahnya dampak lanjutan dari inflasi volatile food, dan terkendalinya ekspektasi inflasi. Selain itu, inflasi kelompok administered prices menurun menjadi 9,21 perseb YoY seiring dengan pengelolaan harga energi domestik yang baik.
Menurut dia, berbagai kebijakan telah dilakukan, di antaranya intervensi harga dan stabilitasi pasokan, dukungan Pemerintah dalam bentuk bantuan pangan, upaya fasilitasi dan pengawasan distribusi.
Serta penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah mampu mendorong tingkat inflasi volatile food turun menjadi 1,20 persen YoY.
Pengendalian inflasi pangan antara Bank Indonesia dan Pemerintah
<!--more-->
"Kembalinya pergerakan inflasi ke dalam sasaran sebagai hasil positif dari konsistensi bauran kebijakan fiskal sebagai shock absorber dan kebijakan moneter," ucap Sri Mulyani.
Ditambah lagi eratnya sinergi pengendalian inflasi pangan antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
"Dengan perkembangan tersebut, inflasi diprakirakan dapat tetap terkendali dalam kisaran 3 plus minus 1 persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024," kata Menkeu Sri Mulyani.
Pilihan editor: IMF Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi, Sri Mulyani Sebut Ketidakpastian Global Tetap Tinggi