Harga Emas Anjlok US$ 39,50, Penyebabnya? Greenback Alias Dolar AS Menguat
Reporter
Antara
Editor
Grace gandhi
Sabtu, 15 April 2023 07:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas turun tajam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), menghentikan kenaikan selama tiga hari berturut-turut, karena dolar AS menguat menyusul pernyataan hawkish pejabat Federal Reserve. Namun logam kuning itu masih bertahan di atas level psikologis US$ 2.000.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, anjlok US$ 39,50 atau 1,92 persen menjadi ditutup pada US$ 2.015,80 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$ 2.061,60 dan terendah sesi di US$ 2.006,00.
Emas berjangka melonjak US$ 30,40 atau 1,50 persen menjadi US$ 2.055,30 pada Kamis (13/4), setelah bertambah US$ 5,90 atau 0,29 persen menjadi US$ 2.024,90 pada Rabu (12/4), dan terangkat US$ 15,20 atau 0,76 persen menjadi US$ 2.019,00 pada Selasa (11/4).
Dolar AS menguat setelah Gubernur Federal Reserve Christopher Waller, salah satu terbesar bank sentral pada suku bunga, dalam sebuah pidatonya pada Jumat, 14 April 2023 mengatakan Waller menginginkan lebih banyak pengetatan moneter meskipun ada bukti bahwa inflasi di Amerika Serikat turun dari tertinggi empat dekade.
Menurut Waller, kebijakan moneter harus tetap ketat untuk jangka waktu yang cukup lama, dan lebih lama dari yang diantisipasi pasar. Suku bunga yang lebih tinggi menguntungkan dolar, sementara emas yang merupakan aset lindung nilai, tidak memberikan imbal hasil apa-apa.
"Dalam jangka pendek, emas bisa tetap sangat fluktuatif di kedua arah di sini," kata Ed Moya, analis platform perdagangan daring OANDA.
Terlepas dari kemunduran terbaru emas, Moya mengatakan ada cukup alasan bagi investor untuk tetap positif di aset safe haven ini.
Selanjutnya: "Komentar hawkish Fed meningkatkan risiko....
<!--more-->
"Komentar hawkish the Fed meningkatkan risiko bahwa the Fed dapat melakukan lebih banyak pengetatan setelah Mei dan suku bunga mungkin perlu tetap lebih tinggi lebih lama," tambah Moya. "Agar inflasi dapat ditaklukkan, kita perlu melihat kesulitan ekonomi dan itu akan mendukung kasus bullish untuk emas."
Sementara itu, Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada Jumat bahwa resesi AS mungkin terjadi karena kenaikan tajam suku bunga Federal Reserve selama setahun terakhir menyaring sepenuhnya perekonomian. Dia mendesak bank sentral untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada Jumat, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa satu lagi kenaikan suku bunga seperempat poin persentase dapat memungkinkan Federal Reserve untuk mengakhiri siklus pengetatannya dengan keyakinan bahwa inflasi akan terus kembali ke target bank sentral 2,0 persen.
Data ekonomi yang dirilis Jumat beragam. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa harga impor AS turun 0,6 persen pada Maret setelah tergelincir 0,2 persen yang direvisi pada Februari, jauh lebih besar dari yang diharapkan. Harga impor AS anjlok 4,6 persen secara tahun ke tahun.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel AS turun satu persen pada Maret secara bulan ke bulan. Ini lebih curam dari penurunan 0,4 persen yang diperkirakan, dan di atas penurunan 0,2 persen yang direvisi pada bulan sebelumnya.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 46,50 sen atau 1,79 persen, menjadi ditutup pada US$ 25,46 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli merosot US$ 11,50 atau 1,08 persen, menjadi menetap pada US$ 1.054,00 per ounce.
Pilihan Editor: Menjelang Idul Fitri, ASN Dilarang Pakai Mobil Dinas untuk Mudik dan Terima Parsel Lebaran
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini