Bank Indonesia Yakin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Tetap Kuat, Ini Alasan Perry Warjiyo
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Agung Sedayu
Kamis, 16 Maret 2023 15:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 akan tetap kuat. “Didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor,” ujar Perry dalam konferensi pers virtual pada Kamis, 16 Maret 2023.
Konsumsi rumah tangga, kata Perry Warjiyo, diperkirakan makin kuat sejalan dengan peningkatan mobilitas di seluruh wilayah, penjualan eceran, dan membaiknya keyakinan konsumen. Investasi juga solid, ditopang penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) dan peningkatan aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA).
Adapun prospek permintaan domestik yang meningkat, menurut Perry, juga dipengaruhi dampak lanjutan perbaikan ekspor. Ekspor barang dan jasa diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya seiring perbaikan prospek ekonomi global.
“Perkembangan hingga Februari 2023 menunjukkan ekspor non-migas Indonesia tumbuh tinggi, termasuk dari peningkatan ekspor batu bara, bijih logam, dan CPO (crude palm oil atau minyak kelapa sawit) ke Cina,” tutur Perry.
Selain itu, Perry menambahkan, kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara diperkirakan juga meningkat. Secara spasial, prospek ekspor yang lebih baik mendukung prospek ekonomi di wilayah Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi-Maluku-Papua yang lebih tinggi.
Berdasarkan lapangan usaha, Perry Warjiyo berujar, prospek sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta transportasi dan pergudangan diperkirakan tumbuh kuat. “Dengan berbagai perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi pada 2023 diprakirakan akan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen,” ucap Perry Warjiyo.
Selanjutnya: Secara global, BI memperkirakan ...
<!--more-->
Secara global, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2023 dapat mencapai 2,6 persen. Hal itu sejalan dengan dampak positif pembukaan ekonomi Cina dan penurunan disrupsi suplai global. “Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan lebih baik dari proyeksi sebelumnya,” ujarnya.
Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa juga lebih baik dari proyeksi sebelumnya dan diikuti oleh risiko resesi yang menurun. Perry Warjiyo menilai, perbaikan prospek ekonomi global itu diperkirakan menaikkan harga komoditas non-energi, di tengah harga minyak yang turun akibat berkurangnya disrupsi suplai.
Selain itu, perkembangan positif ekonomi global, ditambah ekspektasi kenaikan upah karena keketatan pasar tenaga kerja di Amerika dan Eropa mengakibatkan proses penurunan inflasi global lebih lambat. Sehingga mendorong kebijakan moneter ketat negara maju berlangsung lebih lama sepanjang 2023.
Pilihan Editor: Dirut Pertamina Jelaskan Sejarah Lahan Depo Plumpang: Dibeli Pertamina namun Ditempati Warga hingga 55 Persen Lahan Menjadi Permukiman
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.